Dirjen Kemenlu Abdul Kadir: Jokowi Enggan Berhubungan dengan Israel Sampai Palestina Merdeka
Sampai saat ini, konflik Israel-Palestina terus berlanjut lantaran empat isu krusial yang tak kunjung selesai.
Editor: Dewi Agustina
Pertama mengenai bagaimana mesin diplomasi Kemenlu berjalan, dalam konteks respons kita terhadap situasi yang terjadi di Palestina.
Hal ini sudah terjadi sering kali. Mesin diplomasi kita sudah cukup responsif, sehingga ketika krisis di West Bank (Tepi Barat) dan di Gaza, menggunakan mesin diplomasi yang ada, melakukan koordinasi dan merumuskan sikap Indonesia terhadap apa yang terjadi.
Langkah awal yang perlu kita lakukan pada saat ini, kita menekankan gathering facts dulu, memanfaatkan keberadaan kedutaan besar kita, dan melakukan konsultasi secara informal.
Diplomasi sekarang sangat dipengaruhi dunia digital. Sehingga kita memanfaatkan teknologi digital dalam hal ini, termasuk menggunakan WhatsApp.
Sekadar informasi, di sini dalam konflik Israel-Palestina, Ibu Menteri Luar Negeri secara khusus melakukan konsultasi dengan mitra kerjanya.
Dan kita di Kemenlu memberikan informasi dan menyiapkan talking points, bagaimana dan apa yang hendak disampaikan oleh pimpinan kita.
Apa yang dilakukan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika saat akan memberikan masukan pada menteri?
Kita mengumpulkan fakta dulu, fakta apa yang terjadi di lapangan. Setelah memperoleh fakta, baru kemudian kita melakukan analisis.
Melalui analisis itu kami memberikan saran dan rekomendasi, itu yang kita lakukan.
Indonesia punya pengaruh tidak dalam menyelesaikan konflik panjang antara Israel-Palestina?
Peranan Indonesia itu sangat dielu-elukan, sangat diharapkan.
Terutama dalam krisis kemarin, Ibu Menteri Luar Negeri secara khusus, bersama menteri luar negeri Turki saat ini datang ke New York.
Dan apakah kita negara berpengaruh? Kita sangat berpengaruh.
Persoalannya, banyak orang berekspektasi pada sesuatu yang memang tidak bisa dilakukan.