Pengamat Sebut Capres Etnis Jawa Masih Akan Dominan di Pilpres 2024, Ini Alasannya
Jamiluddin Ritonga mengatakan calon presiden dari etnis Jawa masih akan dominan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
![Pengamat Sebut Capres Etnis Jawa Masih Akan Dominan di Pilpres 2024, Ini Alasannya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140505_080452_ilustrasi-kotak-suara.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan calon presiden dari etnis Jawa masih akan dominan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Sebab selama ini, kata Jamiluddin, Presiden Indonesia selama ini didominasi dari etnis Jawa.
Hanya BJ Habibie dan Megawati Soekarno Putri yang berasal dari etnis campuran.
Baca juga: Sahabat Ganjar Dorong Gubernur Jawa Tengah Maju dalam Pilpres 2024 Mendatang
"Terpilihnya BJ Habibie dan Megawati menjadi presiden bukan atas pilihan rakyat secara langsung," ujar Jamiluddin, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (21/6/2021).
Dia menjelaskan bahwa Habibie menggantikan Soeharto karena secara konstitusi memang harus digantikan oleh wakilnya.
Baca juga: Masuk dalam Top King/Queen Maker Pilpres 2024, Airlangga Dinilai Tetap Amanah Atasi Covid-19
Begitu juga Megawati yang menggantikan Abdurahman Wahid (Gus Dur) melalui Sidang Umum MPR RI.
"Jadi, presiden mulai dari Soekarno, Soeharto, dan Gus Dur dipilih melalui MPRS/MPR serta Soesilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo yang dipilih secara langsung oleh rakyat semuanya etnis Jawa," kata dia.
Jamiluddin mengatakan dominannya pemimpin dari etnis Jawa secara umum bisa dijelaskan dari dua hal.
Pertama, penduduk Indonesia dominan etnis Jawa. Karena itu, antara pemilih dengan yang dipilih ada kesamaan dilihat dari etnisnya.
Baca juga: PROFIL M Qodari yang Jadi Trending Twitter, Pernah Deklarasikan Jokowi-Prabowo untuk Pilpres 2024
"Dalam model komunikasi konvergensi, kesamaan itu akan memudahkan terjadinya komunikasi yang efektif. Konvergensi inilah yang membuat pemilih akan cenderung memilih calonnya dari etnis yang sama," jelasnya.
Kedua, perilaku pemilih di Indonesia masih dominan pemilih emosional. Pemilih seperti ini memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya sejak lahir. Identitas itu bisa terbentuk dalam paham ideologis, agama, dan budaya.
Menurutnya, dominannya pemilih emosional akan menguntungkan calon presiden dari etnis Jawa dan beragama Islam. Mereka akan memilih calon yang memiliki dua kriteria itu.
"Jadi, selama perilaku pemilih Indonesia masih dominan emosional, maka peluang calon dari etnis non Jawa terpilih akan sangat kecil. Indonesia akan tetap dipimpin dari etnis Jawa," ungkap dia.
Sebaliknya, peluang Indonesia dipimpin oleh etnis non Jawa akan terbuka kalau perilaku pemilih Indonesia berubah dari emosional ke rasional. Pemilih rasional akan memilih atas pertimbangan siapa calon yang paling menguntungkan baginya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.