Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Covid-19 Makin Mengkhawatirkan, Pemerintah Didesak Tunda Belajar Tatap Muka

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai kondisi pandemi saat ini tidak aman untuk pembelajaran tatap muka.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
zoom-in Kasus Covid-19 Makin Mengkhawatirkan, Pemerintah Didesak Tunda Belajar Tatap Muka
TRIBUNNEWS/Jeprima
Sejumlah murid saat menjalani uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap dua di SDN Malaka Sari 13 Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (9/6/2021). Dinas Pendidikan DKI Jakarta menggelar uji coba pembelajaran tatap muka tahap 2 yang diikuti 226 sekolah salah satunya SDN Malakasari 13. Siswa yang ikut belajar tatap muka yang digelar pada pukul 07.00-09.00 WIB hanya 50% dari kapasitas. (Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Situasi Covid-19 di Indonesia sangat mengkhawatirkan, sehingga sejumlah pihak meminta pemerintah untuk menunda pembelajaran tatap muka (PTM) di seluruh zona, kecuali di zona hijau.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai kondisi pandemi saat ini tidak aman untuk pembelajaran tatap muka.

"Meminta pemerintah segera memutuskan untuk menunda secara resmi pembukaan sekolah tahun ajaran baru 2021/2022 dengan sistem pembelajaran tatap muka atau PTM," ujar Bamsoet, Rabu (23/6/2021).

Baca juga: Catat, Vaksinasi Covid-19 untuk Masyarakat Umum Akan Digelar Mulai Juli

"Tidak hanya di zona merah saja namun di seluruh zona, selain zona hijau. Mengingat kurva Covid-19 secara nasional saat ini tengah mengalami kenaikan dan angka positivity rate yang telah mencapai 50 persen," katanya.

Dia juga meminta pemerintah pusat dan daerah berkoordinasi untuk menghentikan uji coba PTM yang saat ini dilakukan di sekolah-sekolah di sejumlah daerah. Terutama bagi daerah yang rata-rata kasus positif hariannya di atas 5 persen.

Baca juga: Presiden 3 Periode Disebut Cegah Polarisasi, Jokowi-Prabowo Diimbau Tak Ikut Kontestasi Pilpres Lagi

Sebab, lanjut Bamsoet, kondisi Covid-19 yang saat ini terus melonjak dapat berisiko tinggi menyebabkan kluster penularan Covid-19 di sekolah.

"Pemerintah juga perlu merinci dan mendata sekolah-sekolah beserta zona risiko Covid-19 sekolah tersebut, sehingga kebijakan tatap muka di sekolah maupun pembelajaran daring tidak diseragamkan," jelasnya.

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo saat membuka Turnamen Catur Indonesia Master 2021 di Komplek Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Sabtu (19/6)
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo saat membuka Turnamen Catur Indonesia Master 2021 di Komplek Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Sabtu (19/6) (Istimewa)
Berita Rekomendasi

Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu mencontohkan seperti daerah dengan rata-rata kasus positif di bawah 5 persen agar dapat dipertimbangkan dilakukan PTM dengan protokol kesehatan yang ketat.

Sedangkan di daerah-daerah yang sulit sinyal dan kasus Covid-19 rendah, agar dapat dipertimbangkan dilakukannya PTM secara terbatas.

Lebih lanjut, Bamsoet juga meminta pemerintah berkomitmen memprioritaskan hak hidup anak sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak Anak.

Diketahui dalam Konvensi tersebut, hak sehat anak nomor dua dan hak pendidikan anak berada di urutan ketiga.

"Sehingga penting bagi pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah untuk memperhatikan dan mempertimbangkan hal tersebut dalam menetapkan keputusan maupun kebijakan," ujarnya.

Desakan serupa diajukan anggota Komisi X DPR RI Fraksi Gerindra Himmatul Aliyah.

"Saya berharap agar uji coba PTM terbatas dihentikan sementara di provinsi-provinsi dengan penambahan kasus tertinggi. Saya juga mengharapkan pemerintah daerah di provinsi-provinsi tersebut meninjau ulang pelaksanaan PTM terbatas yang rencananya diadakan pada tahun ajaran baru Juli 2021," ujarnya, kemarin.

Anggota BKSAP DPR RI itu menilai kesehatan dan keselamatan guru serta siswa dapat terancam jika penyelenggaraan PTM terbatas masih dipaksakan saat terjadi lonjakan kasus Covid-19.

Padahal, ketentuan dalam SKB Empat Menteri mengenai Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 menyebutkan bahwa proses pembelajaran selama Covid-19 harus memprioritaskan kesehatan dan keselamatan warga satuan pendidikan.

Sementara untuk daerah-daerah di Indonesia yang tidak ada penambahan kasus alias zona hijau disebut Himmatul dapat menyelenggarakan PTM terbatas.

Namun, mengingat masih terjadinya lonjakan kasus Covid-19, pemerintah daerah harus mempertimbangkan tingkat risiko penyebaran Covid-19 di wilayahnya saat akan memutuskan menyelenggarakan PTM terbatas.

Baca juga: Daftar Top Skor Euro 2020: Ronaldo Memimpin dengan Lima Gol, Patrik Schick di Bawahnya

"Jika dalam perkembangannya menunjukkan tingkat risiko yang tinggi maka pemerintah daerah harus menunda pelaksanaan PTM terbatas," kata dia.

Lebih lanjut, Himmatul mengimbau para orang tua dapat bersabar dan sepakat bahwa penundaan pemberlakuan PTM terbatas adalah pilihan terbaik demi menjaga kesehatan dan keselamatan para siswa.

"Saya berharap para orang tua dapat terus berperan dalam mendampingi anak-anaknya selama pembelajaran jarak jauh," jelasnya.

"Sementara uji coba dan pelaksanaan PTM terbatas dapat kembali dilakukan setelah terjadi penurunan kasus Covid-19 dan vaksinasi untuk guru sudah selesai, sehingga pelaksanaan PTM terbatas dirasa aman bagi guru dan siswa," katanya. (Tribun Network/Vincentius Jyestha/sam)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas