Suhendra Dukung Terawan Kembangkan Vaksin Nusantara
Mengganasnya pandemi Covid-19 dan munculnya varian baru Virus Corona Varian Delta kembali memunculkan nama dr Terawan Agus Putranto.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengganasnya pandemi Covid-19 dan munculnya varian baru Virus Corona Varian Delta kembali memunculkan nama dr Terawan Agus Putranto.
Nama mantan Menteri Kesehatan itu disebut oleh Pengamat Intelijen dan Pertahanan Suhendra Hadikuntono.
"Kalau dr Terawan diberi kepercayaan mengembangkan Vaksin Nusantara, saya yakin Covid-19 yang melanda Indonesia sudah terprediksi penangannnya. Bahkan kita sudah bisa ekspor Vaksin Nusantara keluar negeri," ujar Suhendra Hadikuntono di Jakarta, Kamis (24/6/2021).
Lamanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, sejak 2 Maret 2020, tak bisa dilepaskan dari teori konspirasi global.
"Mari kita tanggalkan itu dan fokus recovery (pemulihan) dalam negeri," ajak Suhendra.
Baca juga: Terawan Kukuh Ingin Vaksin Nusantara Bisa Jalani Uji Klinik Fase III
Di tengah belum terjawabnya dugaan konspirasi internasional bahwa Covid-19 sengaja diciptakan oleh negara tertentu untuk menguasai dunia melalui perang biologis, Suhendra mengingatkan pihak-pihak di dalam negeri agar punya political will yang kuat agar Indonesia tidak terus mengimpor vaksin demi berburu rente.
""Padahal kalau diproduksi sendiri, kita 'kan justru bisa dapat devisa. dr Terawan bilang, row material-nya bisa diproduksi di dalam negeri. Ini 'kan bisa memutar roda ekonomi," tukasnya.
Maka, kata Suhendra, ketika Terawan menginisiasi pembuatan vaksin, itu wajib didukung.
"Minimal setengahnya kita percayakan kepada Terawan, dan setengahnya kita impor agar ada pembanding bagi kita, dan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kita. Jika konsisten dilakukan tahapan selanjutnya, kita bisa 100% produksi di sini. Coba hitung berapa devisa kita yang amblas selama ini, dan tidak ada nilai tambah sedikit pun dari sumber daya manusia kita," terangnya.
"Ingat ya, kita ini negara nomor 4 terbesar di dunia yang seharusnya ikut berperan mengontrol tata niaga dunia. Apalagi ini menyangkut kemanusiaan," lanjutnya.
Padahal, jelas Suhendra, vaksin yang dikembangkan Terawan menggunakan sistem deindritik yang relatif baru dan lebih bagus.
"Dengan sistem deindritik, varian Delta bisa dilumpuhkan," cetusnya.
Situasi darurat atau kejadian luar biasa seperti pandemi Covid-19 ini, menurut Suhendra, harus diatasi dengan cara-cara terukur dan terpola.
"Kalau perlu operasi intelijen. Intelijen itu agen pembangunan, dan itu lini terdepan, mata dan telinga Presiden," tegasnya.
Suhendra tidak ingin nasib Terawan seperti Ir Riyanto, penemu konstruksi cakar ayam Indonesia yang mati karena stres dipenjara, Siti Fadhila Supari dengan vaksin flu burungnya yang berujung di penjara, dan profesional intelijen Pollycarpus Budihari Prijanto.
"Ini 'kan warisan rezim sebelumnya, kenapa kita ikuti? Kalau bukan karena ada konspirasi global supaya mereka untung dari impor, lalu apa? Mereka tega menangguk untung di tengah penderitaan bangsa kita. Terawan, ini dadaku, mana dadamu. Ayo, saya di belakangmu," tandas Suhendra.