Kementan Bersama FAO dan USAID Luncurkan Program Ketahanan Kesehatan Global
Tujuan program Ketahanan Kesehatan Global, yakni untuk menjaga dunia aman dari ancaman penyakit menular.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pandemi COVID-19 menunjukkan jika wabah penyakit menular berdampak pada kesehatan, ekonomi, politik, dan sosial.
Pandemi menyebar ke seluruh negara dan tidak sepenuhnya siap menghadapi pandemi berikutnya.
Berbagai ancaman, pandemi berkaitan dengan penyakit “zoonosis”, penyakit hewan yang menjangkit pada manusia. Karenanya, hal ini menjadi prioritas pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, Indonesia, bersama 70 negara lainnya, melakukan inisiasi global, yang disebut Global Health Security Agenda (GHSA).
Tujuannya untuk menjaga dunia aman dari ancaman penyakit menular.
Kementerian Pertanian, Emergency Center for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD) dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), resmi meluncurkan Program Ketahanan Kesehatan Global (GHSP), Selasa (29/6/2021).
Baca juga: Resmikan IP2TP Muneng, Mentan: Pulihkan Perkenomonian Nasional Melalui Pengembangan Riset Pertanian
“Saya berharap agar sinergi pelaksanaan proyek GHSP sesuai peraturan yang berlaku. Mengambil best practices dan lesson learned dari pengalaman implementasi proyek-proyek sebelumnya," ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, Selasa (29/6/2021).
Kasdi mengatakan, upaya yang dilakukan saat ini diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
GHSP sendiri adalah program baru dari kolaborasi panjang Kementerian Pertanian dan FAO ECTAD-USAID dalam mencegah pandemi.
Kerja sama ini berawal saat pandemi Avian Influenza pada tahun 2006. Indonesia merupakan negara dengan kasus flu burung H5N1 dengan kematian manusia terbanyak hingga tahun 2014.
Sementara jumlah kasus flu burung pada manusia telah menurun secara signifikan. Namun, situasi endemik virus H5N1 masih menjadi ancaman bagi industri perunggasan dan kesehatan manusia.
Selain flu burung, banyak daerah di Indonesia yang masih menjadi endemik penyakit zoonosis seperti rabies dan antraks.
Program GHS yang akan berjalan selama empat tahun ke depan berfokus pada dukungan teknis di empat area.
Pertama yaitu kolaborasi multi sektor dan pengembangan kebijakan. Kedua, surveilans, laboratorium dan identifikasi risiko.
Ketiga, kesiapsiagaan dan respons penyakit dengan One Health. Dan keempat, kesehatan unggas nasional dan pengendalian resistansi antimikroba.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.