Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

FAKTA Meninggalnya Harmoko, Kondisi saat Dibawa ke RS hingga Dimakamkan di TMP Kalibata

Berikut ini fakta-fakta meninggalnya Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko.

Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in FAKTA Meninggalnya Harmoko, Kondisi saat Dibawa ke RS hingga Dimakamkan di TMP Kalibata
KOMPAS/Johnny TG
Pimpinan DPR yang terdiri dari Ketua Harmoko, Wakil Ketua Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad (tidak nampak) di Gedung DPR, Senin (18/5/1998), membuat pernyataan mengimbau Presiden Soeharto mengundurkan diri. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini fakta-fakta meninggalnya Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko.

Harmoko meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Minggu (4/7/2021). 

Dalam pesan yang beredar, mantan Ketua DPR RI disebut mengembuskan napas terakhir pada pukul 20.22 WIB.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia Bapak H Harmoko bin Asmoprawiro pada hari Minggu 4 Juli jam 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto.

Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doanya insya Allah beliau husnul khotimah. Aamiin," demikian pesan yang diperoleh Tribunnews.com, Minggu.

Baca juga: BREAKING NEWS: Menteri Penerangan Era Orde Baru Harmoko Meninggal Dunia

Berikut fakta meninggalnya Harmoko:

1. Sakit sejak Lama

BERITA REKOMENDASI

Sebelum meninggal dunia pada Minggu, Harmoko ternyata sudah menderita sakit sejak lama.

Hal itu diungkap oleh putra bungsu Harmoko, Dimas Ajisoko Harmoko.

Diberitakan Tribunnews.com, menurut Dimas, ayahnya menderita penyakit Progressive Supranuclear Palsy (PSP) sejak 2013. 

Penyakit tersebut hingga saat ini belum diketahui obatnya.

"Jadi beliau sakit dari tahun 2013 sakitnya itu namanya PSP, progressive supranuclear palsy, dan agak jarang penyakitnya bapak, dan belum ada obatnya juga," kata Dimas saat ditemui di Rumah Duka di Jalan Taman Patra XII Nomor 14, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/7/2021).

Putra Bungsu dari almarhum Harmoko, Dimas Ajisoko Harmoko saat ditemui awak media di Rumah Duka di Jalan Taman Patra XII Nomor 14, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/7/2021).
Putra Bungsu dari almarhum Harmoko, Dimas Ajisoko Harmoko saat ditemui awak media di Rumah Duka di Jalan Taman Patra XII Nomor 14, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/7/2021). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Kendati begitu, kata Dimas selama ini pihak keluarga telah berupaya sebisa mungkin untuk memberikan perawatan kepada almarhum.

Hanya saja, sebelum meninggal dunia, kata Dimas, kondisi sang ayah semakin menurun.

"Penyakit ini makin lama membuat kondisi makin menurun, kita usahakan selama ini dari tahun 2013 sampai sekarang berarti delapan tahun, supaya kondisi bapak tidak menurun saja, tapi mungkin sudah kehendak Allah," ucapnya.

Baca juga: Dimas Ajisoko Harmoko: Pesan Bapak yang Selalu Kami Ingat, Kejujuran Nomor Satu

Saat ini kata Dimas, pihak keluarga juga telah ikhlas melepas kepergian sang ayah untuk selamanya.

Di akhir, dirinya meminta kepada segenap masyarakat untuk sedianya memberikan doa untuk kepergian ayahnya yakni almarhum H. Harmoko.

"Dari keluarga juga sudah ikhlas terhadap keadaan ini dan kami minta doa nya dari kalangan Pers dari rakyat Indonesia juga, agar Pak Harmoko bisa husnul khotimah," tukasnya.

2. Hasil Tes Terakhir Positif Covid-19

Berdasarkan hasil tes PCR yang dilakukan terakhir kali pada 30 Juni 2021, Harmoko dinyatakan positif Covid-19.

"Bapak Harmoko memang pada tanggal 29 Juni hari Selasa, rutin kami melakukan swab antigen, saat itu dinyatakan positif pas antigen, esok harinya kita lakukan test PCR juga (dinyatakan) positif," kata Dimas. 

Meski demikian, Covid-19 bukan satu faktor yang menyebabkan sang ayah meninggal. 

Sakit yang diderita Harmoko sejak lama, ujar Dimas, turut menjadi faktor yang membuat kondisi Harmoko menurun. 

"Kita usahakan selama ini dari tahun 2013 sampai sekarang berarti delapan tahun, supaya kondisi bapak tidak menurun saja, tapi mungkin sudah kehendak Allah, dari keluarga juga sudah ikhlas terhadap keadaan ini," ucapnya.

3. Masuk ke RS dalam Kondisi Kesadaran Menurun

Harmoko dibawa ke RSPAD pada Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB.

Diberitakan Kompas.com, Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Letnan Jenderal TNI Albertus Budi Sulistya, mengatakan saat dibawa ke RSPAD, kondisi kesehatan Harmoko sudah menurun.

Dokter pun sempat memberikan perawatan terhadap Harmoko.

"Dilakukan tata laksana medis," ujar Budi. 

Suasana rumah duka Harmoko, mantan Menteri Penerangan era Orde Baru kepemimpinan Presiden RI Soeharto di Jalan Taman Patra XII, Nomor 14, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/7/2021).
Suasana rumah duka Harmoko, mantan Menteri Penerangan era Orde Baru kepemimpinan Presiden RI Soeharto di Jalan Taman Patra XII, Nomor 14, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/7/2021). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Namun, tidak sampai 30 menit, Harmoko meninggal dunia.

"Pukul 20.22 WIB wafat," kata Budi.

Setelah Harmoko dinyatakan meninggal dunia, RSPAD melakukan pemulasaraan jenazahnya melalui protokol Covid-19.

4. Dimakamkan di TMP Kalibata secara Protokol Covid-19

Jeazah Harmoko dimakamkan hari ini di TMP Kalibata, Jakarta, Senin (5/7/2021). 

Pemakaman jenazah Harmoko dilakukan secara protokol Covid-19.

Baca juga: Harmoko Meninggal Dunia, Airlangga Hartarto: Banyak Hal Dapat Diteladani dari Beliau

Putra Harmoko, Dimas, menyebut pemakaman hanya diikuti oleh keluarga inti. 

"Karena tidak boleh ramai-ramai, dan nanti pukul 11 akan dibawa ke TMP. Hanya keluarga inti saja karena protokol Covid dan pandemi ini," tukasnya.

5. Profil Singkat Harmoko

Mengutip Wikipedia, Harmoko lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada 7 Februari 1939.

Ia adalah Menteri Penerangan era Presiden Soeharto.

Saat menjadi Menteri Penerangan, Harmoko mencetuskan gerakan Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan).

Gerakan itu dibentuk sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah.

Selain menjadi Menteri Penerangan, Harmoko juga menjabat sebagai Ketua DPR-MPR periode 1997-1999.

Kala itu, ia mengangkat Soeharto kembali menjadi presiden untuk masa jabatannya yang ketujuh.

Namun, ia pula yang meminta Presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran terjadi pada 18 Mei 1998.

Dilansir Kompas.com, permintaan tersebut disampaikan Harmoko secara langsung.

Baca juga: Bambang Soesatyo: Harmoko adalah Guru, Panutan Banyak Kader Golkar

Ia didampingi pimpinan lain, yakni Ismail Hasan Metareum, Abdul Gafur, Fatimah Achmad, dan Syarwan Hamid.

"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan Dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko ketika itu.

"Pimpinan Dewan menyerukan kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, menahan diri, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan keamanan ketertiban supaya segala sesuatunya dapat berjalan secara konstitusional," lanjutnya.

Setelah Soeharto lengser dan Indonesia dipimpin BJ Habibie, Harmoko dipercaya menjadi Ketua MPR.

Saat usianya memasuki 77 tahun, Harmoko kesulitan berkomunikasi.

Dikutip dari health.grid.id, ia mengalami kerusakan saraf motorik otak belakang di tahun 2016.

"Memang perlu penanganan ekstra. Bicara sudah pelan dan tidak jelas."

"Kata dokter ini biasanya efek yang terjadi bagi seorang pemikir," kata Ajudan Harmoko, Daliman, Kamis (19/5/2016).

Baca juga: Kisah Harmoko Meminta Soeharto Lengser Keprabon dari Jabatan Presiden:

(Tribunnews.com/Daryono/Rizki Sandi/Pravitri Retno W) (Kompas.com/Ahmad Nasrudin Yahya Yah)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas