Harmoko, Sosok yang Meminta Soeharto Mundur dari Jabatan Presiden Kini Sudah Tutup Usia
Harmoko, Menteri Penerangan era Orde Baru, merupakan sosok di balik mundurnya Soeharto dari jabatan presiden.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
"Pimpinan Dewan menyerukan kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, menahan diri, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan keamanan ketertiban supaya segala sesuatunya dapat berjalan secara konstitusional," lanjutnya.
Baca juga: Keluarga Bersiap Menjemput Jenazah Harmoko di RSPAD untuk Dimakamkan di TMP Kalibata
Baca juga: Harmoko Meninggal Dunia, Airlangga Hartarto: Banyak Hal Dapat Diteladani dari Beliau
Setelah Soeharto lengser dan Indonesia dipimpin BJ Habibie, Harmoko dipercaya menjadi Ketua MPR.
Saat usianya memasuki 77 tahun, Harmoko kesulitan berkomunikasi.
Dikutip dari health.grid.id, ia mengalami kerusakan saraf motorik otak belakang di tahun 2016.
"Memang perlu penanganan ekstra. Bicara sudah pelan dan tidak jelas."
"Kata dokter ini biasanya efek yang terjadi bagi seorang pemikir," kata Ajudan Harmoko, Daliman, Kamis (19/5/2016).
Insiden Palu Patah
Selama menjabat sebagai Ketua DPR-MPR periode 1997-1999, ada insiden yang masih melekat di ingatan Harmoko.
Pada Sidang Paripurna ke-V MPR yang digelar 11 Maret 1998, Harmoko menutup gelaran sidang dengan mengetukkan palu sebanyak tiga kali.
Namun, kala itu palu yang ia ketukkan patah dan terlempar ke depan meja jajaran anggota MPR.
"Begitu palu sidang saya ketukkan, meleset, bagian kepalanya patah, kemudian terlempar ke depan," kata Harmoko dalam buku Berhentinya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Harmoko, dilansir Kompas.com.
Baca juga: Mengenang Harmoko, Menteri Penerangan Pencetus Kelompencapir yang Rendah Hati dan Berwawasan Luas
Baca juga: Golkar Berduka, Nurul Arifin: Harmoko Is A Legend
Saat insiden palu patah terjadi, putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, berada di barisan terdepan.
Peristiwa itu juga disaksikan langsung oleh Presiden Soeharto.
Usai sidang, Harmoko mendampingi Presiden Soeharto meninggalkan ruangan seperti biasanya.