Stok Oksigen Langka, Kemenkes Minta Masyarakat Jangan Menstok Oksigen bila Tidak Diperlukan
Imbas kelangkaan oksigen, Kemenkes meminta masyarakat yang tidak membutuhkan oksigen untuk tidak menyetoknya.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, ikut menanggapi terkait kelangkaan oksigen yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Menurutnya, kelangkaan oksigen menjadi tantangan dalam pengendalian Covid-19 di tengah masyarakat.
Untuk itu, ia meminta agar masyarakat yang tidak membutuhkan oksigen secara darurat, jangan sampai menyetoknya.
Baca juga: Kisah Penjual Tabung Oksigen: Minta Hasil Tes PCR Pembeli, Harga Naik Dua Kali Lipat Dalam Tiga Hari
"Kita mengimbau masyarakat jangan sampai menyetok oksigen, karena keterbatasan oksigen masih menjadi tantangan untuk kita," kata Nadia, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Senin (5/7/2021).
Hal tersebut disampaikan Nadia berdasarkan temuan yang dilaporkan dari lapangan.
Pada Kamis hingga Jumat lalu, stok oksigen sempat langka karena banyak masyarakat yang nekat memborongnya.
Rupanya, setelah ditelusuri, beberapa dari mereka tidak begitu membutuhkan.
"Memang sempat ada hari Kamis dan Jumat lalu, masyarakat banyak yang memborong tabung oksigen."
"Bahkan sempat kosong juga, inilah yang kami sampaikan, jangan sampai stok oksigen yang sebenarnya tidak diperlukan," ungkap Nadia.
Baca juga: Media Asing Soroti Krisis Oksigen di Indonesia, Sebut Alami Wabah Covid-19 Terparah di Asia Tenggara
Nadia memahami, banyak masyarakat juga yang membutuhkan tabung oksigen untuk perawatan dirumah.
Namun, ia menyarankan agar pasien yang sudah mengalami sesak nafas segera dirujuk ke rumah sakit.
Menurutnya, lebih baik menunggu di Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mendapatkan pertolongan, daripada datang dalam kondisi yang sudah sangat kritis.
"Padahal kalau sudah sesak sebaiknya segera ke rumah sakit, walaupun mungkin harus menunggu di emergency (UGD)."
"Karena kalau sudah sangat kritis di tengah banyaknya pasien yang ditangani, ini bisa menyulitkan tenaga kesehatan memberikan bantuan yang optimal," jelasnya.