Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Stok Oksigen Langka, Kemenkes Minta Masyarakat Jangan Menstok Oksigen bila Tidak Diperlukan

Imbas kelangkaan oksigen, Kemenkes meminta masyarakat yang tidak membutuhkan oksigen untuk tidak menyetoknya.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
zoom-in Stok Oksigen Langka, Kemenkes Minta Masyarakat Jangan Menstok Oksigen bila Tidak Diperlukan
dok Pemprov DKI
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendirikan posko isi ulang tabung oksigen di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Pendirian posko ini dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan oksigen di fasilitas kesehatan DKI Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, ikut menanggapi terkait kelangkaan oksigen yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Menurutnya, kelangkaan oksigen menjadi tantangan dalam pengendalian Covid-19 di tengah masyarakat.

Untuk itu, ia meminta agar masyarakat yang tidak membutuhkan oksigen secara darurat, jangan sampai menyetoknya.

Baca juga: Kisah Penjual Tabung Oksigen: Minta Hasil Tes PCR Pembeli, Harga Naik Dua Kali Lipat Dalam Tiga Hari

"Kita mengimbau masyarakat jangan sampai menyetok oksigen, karena keterbatasan oksigen masih menjadi tantangan untuk kita," kata Nadia, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Senin (5/7/2021).

Hal tersebut disampaikan Nadia berdasarkan temuan yang dilaporkan dari lapangan.

Pada Kamis hingga Jumat lalu, stok oksigen sempat langka karena banyak masyarakat yang nekat memborongnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021). (Tangkapan layar via zoom)

Rupanya, setelah ditelusuri, beberapa dari mereka tidak begitu membutuhkan.

Berita Rekomendasi

"Memang sempat ada hari Kamis dan Jumat lalu, masyarakat banyak yang memborong tabung oksigen."

"Bahkan sempat kosong juga, inilah yang kami sampaikan, jangan sampai stok oksigen yang sebenarnya tidak diperlukan," ungkap Nadia.

Baca juga: Media Asing Soroti Krisis Oksigen di Indonesia, Sebut Alami Wabah Covid-19 Terparah di Asia Tenggara

Nadia memahami, banyak masyarakat juga yang membutuhkan tabung oksigen untuk perawatan dirumah.

Namun, ia menyarankan agar pasien yang sudah mengalami sesak nafas segera dirujuk ke rumah sakit.

Menurutnya, lebih baik menunggu di Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mendapatkan pertolongan, daripada datang dalam kondisi yang sudah sangat kritis.

Petugas melakukan isi ulang gas oksigen di Distributor Gas Oksigen Restu Fadhil Gas, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (29/6/2021). Penjualan gas oksigen isi ulang di tempat ini meningkat hingga 200 persen sejak sepekan terakhir setelah meningkatnya masyarakat yang terpapar Covid-19 di Kota Bandung. Agar dapat melayani permintaan konsumen, tempat usaha ini membuka layanan isi ulang gas oksigen 24 jam. Kebanyakan konsumen yang datang mengisi ulang tabung gas oksigen berukuran kecil yakni 1 m3 seharga Rp 40.000 hingga jumlahnya mencapai 300 tabung per hari. Sementara untuk isi ulang tabung 1,5 m3 Rp 60.000, 2 m3 Rp 70.000, dan 6 m3 Rp 100.000. Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Petugas melakukan isi ulang gas oksigen di Distributor Gas Oksigen Restu Fadhil Gas, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (29/6/2021). Penjualan gas oksigen isi ulang di tempat ini meningkat hingga 200 persen sejak sepekan terakhir setelah meningkatnya masyarakat yang terpapar Covid-19 di Kota Bandung. Agar dapat melayani permintaan konsumen, tempat usaha ini membuka layanan isi ulang gas oksigen 24 jam. Kebanyakan konsumen yang datang mengisi ulang tabung gas oksigen berukuran kecil yakni 1 m3 seharga Rp 40.000 hingga jumlahnya mencapai 300 tabung per hari. Sementara untuk isi ulang tabung 1,5 m3 Rp 60.000, 2 m3 Rp 70.000, dan 6 m3 Rp 100.000.  (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

"Padahal kalau sudah sesak sebaiknya segera ke rumah sakit, walaupun mungkin harus menunggu di emergency (UGD)."

"Karena kalau sudah sangat kritis di tengah banyaknya pasien yang ditangani, ini bisa menyulitkan tenaga kesehatan memberikan bantuan yang optimal," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas