Lusius Pontang-Panting Cari Tabung Oksigen Selamatkan Ibunya yang Kena Happy Hipoxia
Kebutuhan tabung oksigen meningkat seiring melonjaknya jumlah masyarakat positif Covid-19.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat kesulitan mencari tabung gas. Ada yang harus rela mengantre berjam-jam, bahkan ada juga yang tertipu lantaran mencoba membeli secara daring.
Kebutuhan tabung oksigen meningkat seiring melonjaknya jumlah masyarakat positif Covid-19. Per hari Senin (12/7) jumlah pasien positif bertambah hingga 40.427 orang.
Lusius (26) berbagi pengalamannya, sempat kesulitan mencari tabung oksigen. Kejadian ini, dialaminya ketika berjuang mencari tabung oksigen, ketika ibunya positif Covid-19 dam mengalami gejala happy hypoxia atau gagal napas.
"Saat dilarikan ke IGD saturasi oksigen ibu hanya 56 persen. Dari rumah kondisi ibu sudah meracau karena oksigennya sangat rendah," ujar Lusius kepada Tribun Network, Senin (12/7/2021).
Lusius membawa ibunya ke Rumah Sakit Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sampai sana, Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) penuh. Lalu, diminta untuk mencari tabung oksigen secara mandiri.
"Waktu itu panik karena dokter bilang harus cepet," tutur Lusius. Dia kemudian bergegas mencari tabung oksigen.
Baca juga: Cara Atasi Kekurangan Oksigen dalam Darah, Lakukan Cara Berikut
Berdasarkan informasi yang diterimanya, ia mencari ke daerah Rindam Jaya, Condet, Jakarta Timur. Di sana orang yang mengantre sudah panjang.
"Kira-kira yang antrean di depan toko tabung oksigen itu sampai 3 km. Setelah hampir 3 jam barulah saya dapat oksigen," ujarnya.
Baca juga: 30 Unit Oksigen Konsentrator Tiba dari Singapura, Australia Kirim 1.000 Ventilator
Waktu itu beli tabung oksigen baru Rp 520 ribu. Kalau harga sekarang ini saya kurang tahu."
"Setelah saya balik ke rumah sakit, ternyata ibu saya sudah dapat ruang IGD. Dan sudah diberi selang pernapasan. Akhirnya tabung oksigen yang saya beli saya kasih ke rumah sakit, kalau-kalau ibu saya butuh," sambungnya.
Lusius bersyukur saat ini kondisi orang tuanya semakin membaik. Meski sempat saturasi drop hingga 34 persen.
"Saturasi ibu hari ini sudah 90an. Perawat bilang ibu saya menuju stabil," katanya.
Marak Penipuan
Sejumlah masyarakat bercerita sempat menjadi korban penipuan. Seperti diceritakan Novry (35). Keadaan yang mendesak membuatnya kalang kabut mencari tabung oksigen.
Novry, mencoba mencari tabung oksigen 2m3 dua unit. Ia mencarinya secara daring. Lalu ia menemukan salah satu toko online, Apotek AM (inisial).
"Satu unitnya Rp 3,85 juta. Beli dua plus ongkir totalnya jadi Rp 7,8 juta. Itu buat nyokap dan nenek yang positif dan oksigennya rencah," ceritanya.
Novry merasa frustasi lantaran tak kunjung dapat setelah menelepon sana-sini untuk mencari oksigen. Setelah memesan dari Apotek AM, ia pun menghubungi penjual.
"Setelah saya tanya sana-sini ternyata nomor saya diblok sehingga si penjual itu tidak bisa dihubungi lagi," katanya.
Novry langsung membuat postingan, berupa bukti penipuan dan transaksi pembelian. Ia berharap penipu ditangkap, dan tak ada lagi korban di saat kesulitan.
"Di situasi sulit, justru ada orang yang melakukan penipuan demi memperoleh keuntungan. Sungguh tidak manusiawi," tuturnya.
Impor 50 Ribu Oksigen Konsentrator
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah memutuskan untuk impor 50.000 oksigen konsentrator guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Ia mengatakan, nantinya alat tersebut akan dipinjamkan ke rumah-rumah warga yang terdapat pasien Covid-19 dengan gejala ringan. Sehingga, akan mengurangi ketergantungan pada oksigen likuid.
"Presiden telah setuju akan impor 50.000 oksigen konsentrator, sehingga mengurangi oksigen likuid," ujarnya.
Oksigen konsentrator merupakan perawatan terapi oksigen yang dihubungkan ke stop kontak listrik. Alat ini menarik udara dari ruangan, menghilangkan nitrogen dan kotoran di dalamnya sehingga pasien mendapatkan oksigen murni.
Luhut mengatakan, sebagian oksigen konsentrator telah tiba di Indonesia. Di antaranya berasal dari pesanan pemerintah dari Singapura.
"Sekarang kita punya beberapa ribu, mungkin mendekati 10.000, itu kita bagikan untuk digunakan pada kasus-kasus (Covid-19) ringan, dan itu akan kit a pinjamkan ke rumah-rumah," jelas Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali itu.
Satu unit oksigen konsentrator memiliki kapasitas mencapai 5 liter per menit sehingga bisa digunakan setidaknya selama 5 hari.
Setelah digunakan maka bisa dikembalikan untuk digunakan ke pihak yang membutuhkan lainnya. Rencananya, setelah pandemi, maka oksigen konsentrator tersebut pun akan dihibahkan ke rumah sakit-rumah sakit. (tribun network/denis destryawan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.