Kegalauan dan Kesedihan Luhut Di Balik Kata Maaf Soal Penanganan Pandemi Covid-19
Koordinator PPKM Darurat Luhut Binsar Pandjaitanmengatakan penangan pandemi covid-19 adalah masalah kemanusiaan yang tidak boleh dipermainkan.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Sekarang dalam keadaan seperti ini saya punya tanggung jawab lagi. Tidak gampang. Orang pikir kan sederhana saja. Orang kan juga ada tanggung jawab moral dari saya. Kok belum bisa dihentikan ini? Walaupun saya paham tidak bisa sesederhana itu menghentikannya. Tapi tetap saja ada kegalauan itu," kata Luhut.
Begitulah Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Darurat Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan perasaan yang melatar belakangi permintaan maafnya terkait penanganan pandemi covid-19 beberapa waktu lalu.
Sebelumnya Luhut mengungkapkan usianya yang sudah tidak muda lagi membuatnya kadang-kadang terkenang dengan pengalamannya di militer saat harus bertugas memimpin pasukan dalam operasi di Timor-Timur.
Baca juga: Penampakan Sapi Raksasa Kurban Presiden Jokowi, Gubernur DKI Anies dan Wagub Riza Patria
Baca juga: Keluarganya Terinfeksi Corona, Haji Lulung Mengeluh Sulit Cari Obat Pemulihan Covid-19
Kenangan pahit kehilangan prajurit yang dipimpinnya tersebut dalam hitungan hari, juga membuatnya merasa bertanggung jawab moral atas korban-korban covid-19 yang telah wafat.
Dalam penanganan pandemi covid-19 di masa PPKM Darurat ini, Luhut pun mengaku kerap sedih atas pandangan-pandangan yang menggampangkan penanganan covid-19 khususnya varian Delta yang lebih mudah menyebar dan lebih mematikan.
"Sekarang ini kalau saya lihat orang terlalu menggampangkan mengkritik itu saya sedih saja. Kamu tidak tahu betapa sulitnya mengatasi keadaan ini. Tidak ada satu negara di dunia pun," ungkap Luhut dalam acara yang disiarkan di kanal Youtube Kompas TV pada Selasa (20/7/2021).
Baca juga: Luhut Beberkan Alasan Pemerintah Perpanjang PPKM Darurat hingga 25 Juli 2021
Melihat cuplikan tayangan warga yang berkerumun meski menggunakan masker, ia pun mencoba menerka betapa sederhana masyarakat Indonesia dalam berpikir.
Luhut menerka, mungkin masyarakat berpikir yang penting sudah pakai masker, tanpa berpikir lebih jauh betapa berbahayanya covid-19 varian Delta.
"Itu sebenarnya kesedihan saya melihat ini," kata Luhut.
Luhut mengaku saat ini telah berusaha keras untuk menangani lonjakan kasus covid-19 yang sedang melanda Indonesia saat ini.
Ia pun menceritakan bagaimana staf-stafnya yang masih muda di kantornya memutar otak siang malam dengan hati untuk mengubah situasi menjadi lebih baik.
Baca juga: 50 Polisi di Kabupaten Bogor Positif Covid-19 Ketika Bertugas, Ada yang Dirawat dan Diisolasi
Luhut pun mengatakan telah mendengarkan banyak epidemiolog atau guru besar ilmu kedokteran di sejumlah kampus karena merasa itu bukan bidangnya.
Tidak hanya itu, Luhut juga mendengar bagaimana jeritan pedagang-pedagang kaki lima, pedagang warung, dan sebagainya.
"Ayah saya kan supir bus Sibualbuali (di Sumatera Utara). Jadi saya tahu juga. Saya bukan anaknya orang kaya. Bapak saya itu supir. Jadi saya katakan saya bisa merasakan itu semua, tapi kan ada namanya dalam bahasa militer kemampuan dan batas kemampuan. Saya lihat ada juga batas kemampuan itu kita bisa berbuat, yaitu alam ini, yaitu yang namanya Tuhan itu. Adanya Tuhan itu. Kalau semua bisa kita selesaikan ya tidak ada dong Tuhan itu," kata Luhut.