Akademisi Aceh: Kominfo Pahami Kesiapan Masyarakat Sebelum Berlakukan Digitalisasi Televisi
Bukhari percaya tujuan mulia dari digitalisasi siaran televisi tersebut, yaitu menghadirkan siaran televisi yang jauh lebih baik.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Yayasan Universitas Gunung Leuser, Kutacane, Aceh Tenggara, Bukhari meminta pemerintah memahami betul kondisi masyarakat Aceh sebelum menerapkan kebijakan siaran televisi digital.
Sebab, masih banyak warga Aceh yang mengandalkan pesawat televisi model lama atau televisi tabung untuk menangkap siaran televisi.
Bukhari menyampaikan hal itu menanggapi rencana Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) yang akan melaksanakan digitalisasi siaran televisi pada 17 Agustus.
Bukhari percaya tujuan mulia dari digitalisasi siaran televisi tersebut, yaitu menghadirkan siaran televisi yang jauh lebih baik.
Namun, dia meminta Kominfo benar-benar memperhatikan kesiapan masyarakat, khususnya di Aceh sebelum menerapkan kebijakan tersebut.
Baca juga: Kominfo Siap Lakukan Migrasi Siaran Televisi Digital Lewat Analog Switch Off
Seperti diketahui, digitalisasi akan dimulai pada hari Kemerdekaan RI tahun 2021, antara lain di wilayah terluar seperti Aceh, Kepulauan Riau, dan wilayah Kalimantan. Padahal, di wilayah tersebut, masyarakat masih menjadikan siaran televisi sebagai sumber utama informasi, termasuk informasi penanganan Covid-19.
Selain itu, Bukhari juga belum mendengar bahwa Kominfo sudah melakukan sosialisasi tentang digitalisasi televisi.
“Padahal, waktunya sebentar lagi. Yang juga sangat penting, berapa banyak warga Aceh yang punya pesawat televisi yang bisa menangkap siaran digital. Apakah pemerintah mampu menyediakan pesawat televisi yang baru atau membeli decoder (set top box/STB, red) untuk masyarakat?” tanya Bukhari, sambil menyampaikan keraguannya masyarakat mampu membeli STB seharga Rp200 ribu.
Bukhari khawatir jika program digitalisasi televisi dipaksakan saat ini, hal itu akan mengganggu program utama pemerintah saat ini, yaitu memerangi pandemi Covid-19 yang angkanya masih sangat tinggi.
Dia mengingatkan, siaran televisi bagi masyarakat bukan hanya untuk menikmati hiburan tapi juga menjadi sumber utama memperoleh informasi.
Sejauh yang Bukhari ketahui, hingga saat ini belum ada pembagian set top box kepada masyarakat Aceh. Sementara itu, hasil survei Litbang Kominfo, 2019 juga menyatakan, 66 persen masyarakat indonesia mengakses siaran televisi dengan TV analog.
“Lantas kalau masyarakat tidak bisa lagi menonton siaran televisi, dari mana lagi mereka bisa mendapat informasi? Kebanyakan masyarakat kita kan tidak terbiasa membaca berita di media online,” tanya Bukhari.