Hamid Awaludin: Rakyat Dilecehkan, Akal Sehat Pejabat Dipasung. . .
Rakyat kembali dilecehkan oleh nalar yang tidak sampai hati melihat warga sedang terhimpit ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus dugaan sumbangan bodong senilai Rp 2 triliun dari keluarga pengusaha Akidi Tio untuk membantu penanganan pandemi Covid-19 di Sumatera Selatan dinilai menjadi bukti bahwa sudah kesekian kalinya pejabat publik tidak dapat berpikir dengan akal sehat.
Rakyat kembali dilecehkan oleh nalar yang tidak sampai hati melihat warga sedang terhimpit ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19.
Mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Prof Hamid Awaluddin panjang lebar mengupas hal tersebut dalam perbincangan dengan Tribun Network, Selasa (3/8/2021).
"Selain (ini kejadian yang) berulang, juga ada permasalahan lain. Kenapa harus diupacarakan dan harus melibatkan pejabat? Apakah itu pusat atau daerah. Itulah mengapa saya mengatakan ini pencederaan akal sehat pejabat kita," ujarnya mengawali obrolan.
Hamid mengatakan pemasungan akal sehat para pejabat publik sudah kerap terjadi dan masih terus berulang hingga saat ini.
"Anda mungkin masih segar ingat ketika seorang Menteri Agama (Said Agil Al-Munawar) berbicara di depan publik bahwa ada onggokan emas batangan di bawah (tanah) Prasasti Batu Tulis yang bisa melunasi utang negara," tuturnya.
Baca juga: Suami Heriyanti: Uangnya di Bank Singapura, Prosesnya Panjang Tidak Bisa Sekaligus
Menurut dia, statement seperti itu tidak mencerminkan akal waras. Pejabat juga seharusnya tidak menyampaikannya ke khalayak ramai sehingga tidak memicu gaduh.
Hamid menuturkan, sangat tidak mungkin pada saat itu utang negara Republik Indonesia sebesar Rp1.500 triliun.
Baca juga: Sosok Rudi Sutadi, Menantu Akidi Tio: Awalnya Bisnis Ekspedisi, Banting Stir Jadi Sopir Taksi Online
Seketika orang mengatakan tersimpan emas batangan di bawah tanah bisa dan bisa untuk melunasi utang negara.
Kemudian, ketika negara sedang mengalami bencana likuifaksi di Palu Sulawesi Tengah dan di Nusa Tenggara Barat, tiba-tiba muncul seorang konglomerat yang mengumumkan ke publik akan membangun 1.500 unit rumah secara cuma-cuma.
"Sampai saat ini belum saya dengan berita janji konglomerat itu membangun rumah," sindirnya.
"Jadi buat saya ini semua mencederai akal sehat saya. Sebagai insan universitas saya agak terganggu secara spiritual," tuturnya.
Jangan Sebar Kabar Bohong
Hamid Awaluddin berujar, kondisi batin rakyat yang sedang dalam himpitan pandemi Covid-19 tidak semestinya dimanfaatkan untuk menyebar kabar bohong apalagi sampai melibatkan pejabat publik.