Sempat Evakuasi 670 Pasien Per Hari saat PPKM Darurat, Unit Angkutan Sekolah Jakarta: Kini Berkurang
Kini Jumlah Telah Turun, Unit Angkutan Sekolah Jakarta Sempat Evakuasi 670 Pasien Per Hari Saat PPKM Darurat
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Selama penerapan PPKM Darurat, dalam sehari, ratusan pasien Covid-19 telah dievakuasi ke Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet.
Lebih detailnya, jumlah pasien Covid-19 yang dievakuasi yakni lebih kurang 670 pasien.
Namun, setelah PPKM Level 4 berjalan, jumlah evakuasi pasien Covid-19 ke Wisma Atlet mengalami penurunan.
Hal tersebut diungkap Kepala Unit Pengelola Angkutan Sekolah DKI Jakarta, Ali Murtado, Kamis (5/8/2021).
"Kalau dibanding sebelum PPKM tentunya jauh sekali ya. Dalam sehari saja kami bisa melakukan evakuasi hingga 670-an pasien. Tapi pas PPKM Darurat berangsur menurun dan penurunan terus terjadi pada PPKM level 4 yang sudah diterapkan pada tanggal 21 Juli sampai 9 Agustus 2021," kata Ali dikutip Tribunnews.com, Jumat (6/8/2021).
Baca juga: Kisah Kakak Adik di Kota Tangerang yang Diangkat Kapolres Jadi Anak, Yatim Piatu karena Covid-19
Baca juga: 68 Orang di Indonesia Meninggal Tiap Satu Jam karena Covid-19
Hal ini, tentunya turut membuat petugas UP Angkutan Sekolah DKI Jakarta sedikit bernapas lega.
Pasalnya, kata Ali, sebelumnya total jumlah pasien yang dievaluasi sebanyak 3.448 pasien.
"Kalau dari rentan waktu PPKM Darurat, tanggal 3-20 Juli 2021 kita sudah evakuasi sebanyak 3.448 pasien," tambah Ali.
Dikabarkan, para pasien tersebut dievakuasi ke Wisma Atlet menggunakan bus sekolah selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Sebagai informasi, selain karena PPKM Level 4, penurunan kasus ini terjadi lantaran sudah banyaknya warga DKI yang telah melakukan vaksinasi.
Sehingga, angka konfirmasi positif di DKI berangsur-angsur berkurang.
Baca juga: 2.000 Napi di Seluruh Indonesia Terpapar Covid-19, Kini Sedang Dalam Perawatan
Gubernur DKI Jakarta Sebut Vaksin Terbukti Kurangi Keparahan dan Kematian
Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan mengatakan vaksinasi Covid-19 di ibu kota sukses mengurangi resiko tingkat keparahan warganya karena Covid-19.
Selain dapat mengurangi tingkat keparahannya, kata Anies, vaksin juga mampu mengurangi resiko kematian pasien Covid-19.
Anies mengabarkan, dari 4,2 juta warga ber-KTP DKI yang sudah divaksin minimal dosis pertama, hanya 2,3 persennya yang tetap terinfeksi Covid-19.
Menurut Anies, jumlah resiko ini terbilang sangat kecil.
Baca juga: Anies Terbitkan Kepgub Tentang PPKM, Pengunjung dan Pegawai Mal di DKI Jakarta Wajib Sudah Vaksin
"Kenyataannya, vaksin amat mengurangi risiko keparahan dan risiko kematian."
"Dari 4,2 juta orang ber-KTP DKI Jakarta yang sudah divaksin minimal dosis pertama, hanya 2,3 persen yang tetap terinfeksi. Angkanya kecil sekali," kata Anies dalam unggahan video di kanal Youtube Pemprov DKI, Sabtu (31/7/2021).
Bahkan lanjut Anies, mayoritas dari mereka yang kembali terinfeksi tersebut, tidak bergejala atau hanya gejala ringan.
Sebelumnya, kasus aktif di DKI Jakarta pernah mencapai 113 ribu, pada 16 Juli 2021 lalu.
Namun catatan terakhir pada 5 Agustus 2021, kasus aktif di DKI Jakarta telah turun hingga hanya mencapai 2.311 kasus.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 pada Ibu Hamil dan Menyusui, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui
Jumlah ini tak lagi membuat DKI Jakarta berada pada urutan pertama, dari daftar wilayah paling banyak penyumbang Covid-19.
Sebagai informasi, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif terpapar Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 35.764 pasien pada Kamis lalu.
Total jumlah pasien yang terkonfirmasi positif akibat virus corona menjadi 3.532.567 orang.
Dari data yang diunggah Twitter @KawalCOVID19, wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat kasus konfirmasi positif tertinggi dengan 4.718 orang.
Sementara wilayah selanjutnya yang menjadi penyumbang terbanyak yakni Jawa Tengah dengan 4.252 orang dan provinsi ketiga yakni Jawa Timur dengan 4.074 orang.
Wilayah selanjutnya yang menjadi penyumbang kasus positif adalah DKI Jakarta dengan 2.311 kasus, dan yang berada di urutan kelima yakni wilayah Kalimantan Timur dengan 2.083 kasus.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)