Baliho Tokoh Parpol Ramai Terpasang di Masa Pandemi, Pakar Nilai Para Kader Tak Berani Melarang
Baliho Puan Maharani dan Airlangga Hartanto ramai terpasang, pakai menilai para kader tak berani melarang.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pakar Komunikasi Politik, Lely Arrianie, ikut menanggapi terkait ramainya tren baliho para tokoh partai politik yang tersebar di berbagai daerah sejak Juli 2021 lalu.
Menurut Lely, memang tidak ada salahnya menjual diri secara politik untuk keuntungan pribadi.
Namun, ia menekankan situasi pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi masyarakat membuat pemasangan baliho tersebut kurang pantas.
Terlebih, lanjut Lely, para tokoh politik yang terpasang dalam baliho adalah mereka yang sudah dikenal oleh publik.
"Yang menjadi persoalan ketika mereka menjual diri secara politik dalam situasi yang kita hadapi ini, berbeda dari momen politik yang ada selama ini."
"Kita tengah menghadapi pandemi, yang menjadi pertanyaan siapa wajah di balik baliho itu? Wajahnya adalah wajah-wajah yang sudah sangat dikenal."
Baca juga: Kapitra Ampera Nilai Polemik Baliho Puan Dibesar-besarkan, Singgung Peran UMKM yang Dihidupkan
"Mereka orang-orang yang sebenarnya tidak perlu dipromosikan lagi. Jadi artinya, tidak lebih penting dari fenomena pandemi sendiri," kata Lely, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Rabu (11/8/2021).
Lebih lanjut, Lely menyakini, ada tokoh yang menjadi penggagas dari pemasangan iklan tersebut.
Namun, para kader partai politik tidak berani melarang penggagas tersebut untuk mengurungkan niatnya memasang baliho.
Sebab, menurut Lely, komunikasi politik partai di Indonesia masih dipengaruhi oleh tindakan paternalisme.
"Sebenarnya di balik mereka yang beriklan itu ada tokoh-tokoh partai yang menjadi penggagas. Tapi jangan lupa model komunikasi politik kita masih dibatasi oleh situasi yang bersifat paternalisme."
"Jadi mereka tidak berani ngomong ke ketua partai untuk jangan dulu iklannya dipajang, karena ada sifat ewuh pakewuh di antara orang-orang di partai politik itu sendiri."
"Apalagi kalau yang menjadi penggagas ketua tertinggi partai," jelas Lely.
PDI-P Sebut Polemik Baliho Puan Maharani Dibesar-besarkan