Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Puan Maharani di Wikipedia Tertulis Ketua Dewan Pencitraan Rakyat

Profil Ketua DPR RI, Puan Maharani, di Wikipedia diubah. Tertulis Ketua Dewan Pencitraan Rakyat.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
zoom-in Profil Puan Maharani di Wikipedia Tertulis Ketua Dewan Pencitraan Rakyat
Tribunnews/JEPRIMA
Puan Maharani resmi menjadi Ketua DPR periode 2019-2024 yang ditetapkan dalam rapat paripurna perdana DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2019). Pada rapat tersebut sekaligus menentukan ketua dan wakil ketua DPR RI diantaranya Puan Maharani dari PDIP sebagai Ketua DPR RI, Azis syamsuddin dari Golkar sebagai Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco dari Gerindra sebagai Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel dari NasDem sebagai Wakil Ketua DPR RI, A Muhaimin Iskandar dari PKB sebagai Wakil Ketua DPR RI. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM - Profil Ketua DPR RI, Puan Maharani, di Wikipedia diubah orang tak bertanggung jawab.

Berdasarkan pantauan Tribunnews pada Rabu (11/8/2021) pukul 16.12 WIB, profil Puan yang seharusnya tertulis sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kini tertulis Ketua Dewan Pencitraan Rakyat.

Tak hanya itu, sebelumnya juga terdapat perubahan dalam profil Puan.

Nama lengkap Ketua DPP PDIP ini berubah menjadi Puan Maharani Chicago Bulls.

Dilansir Tribunnews, jabatannya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat juga sebelumnya tertulis Ketua Dewan Pengkhianat Rakyat.

Baca juga: Baliho Puan Banyak Terpasang di Sejumlah Tempat, PDIP: Spontanitas, Tak Ada Kaitannya dengan Pilpres

Baca juga: Puan Maharani: Syarat Sertifikat Vaksin Harus Dibarengi Perluasan Cakupan Vaksinasi

Profil Ketua DPR RI, Puan Maharani, di Wikipedia diubah orang tak bertanggung jawab, Rabu (11/8/2021).
Profil Ketua DPR RI, Puan Maharani, di Wikipedia diubah orang tak bertanggung jawab, Rabu (11/8/2021). (Tangkap layar Wikipedia)

Terkati hal ini, Politikus Senior PDIP, Hendrawan Supratikno, mengatakan bangsa Indonesia tak boleh menebar benih perpecahan.

"Jangan habiskan energi untuk selebrasi para pecundang peradaban, yaitu mereka yang sukanya mengumbar kedengkian, iri hati dan benih-benih perpecahan," ujarnya, Rabu.

Berita Rekomendasi

Nama Puan saat ini tengah menjadi sorotan setelah balihonya dan sejumlah tokoh politik lainnya terpasang di sejumlah wilayah Indonesia.

Politisi PDIP, Arteria Dahlan, mengatakan pemasangan baliho Puan tak terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Ia menegaskan pemasangan baliho tersebut hanyalah sebuah spontanitas untuk membangun semangat pasukan tim pemenangan.

"Harus dipahami juga pemasangan baliho-baliho itu kan spontanitas dan itu juga enggak ada kaitannya sama Pilpres," kata Dahlan dalam tayangan Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Rabu, dilansir Tribunnews.

"Ya kalau tujuannya bagi kami kan sebenarnya sederhana saja, kita selama ini kan tidak begitu peka, tidak begitu aware, bagaimana kita bisa membangun semangat pasukan teman-teman tim pemenangan."

"Saya berkali-kali sudah mengatakan dan ternyata lewat baliho sangat efektif," bebernya.

Kata Pakar Politik soal Baliho Tokoh Parpol

Baliho bergambar Puan Maharani di Jalan Pemuda, Blora, Selasa (3/8/2021).
Baliho bergambar Puan Maharani di Jalan Pemuda, Blora, Selasa (3/8/2021). (KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA)

Mengutip Tribunnews, Pakar Komunikasi Politik, Lely Arrianie, menanggapi tren baliho tokoh partai politik, seperti Puan Maharani dan Airlangga Hartarto.

Baca juga: Kapitra Ampera Nilai Polemik Baliho Puan Dibesar-besarkan, Singgung Peran UMKM yang Dihidupkan

Baca juga: PPKM Level 4 Diperpanjang, Puan Ajak Jaga Momentum Baik

Ia menilai, pemasangan baliho tokoh politik di tengah pandemi Covid-19 merupakan tindakan kurang pantas,

"Yang menjadi persoalan ketika mereka menjual diri secara politik dalam situasi yang kita hadapi ini, berbeda dari momen politik yang ada selama ini."

"Kita tengah menghadapi pandemi, yang menjadi pertanyaan siapa wajah di balik baliho itu? Wajahnya adalah wajah-wajah yang sudah sangat dikenal."

"Mereka orang-orang yang sebenarnya tidak perlu dipromosikan lagi. Jadi artinya, tidak lebih penting dari fenomena pandemi sendiri," kata Lely, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Rabu.

Ia meyakini ada tokoh penggagas di balik pemasangan baliho para tokoh.

Meski begitu, menurutnya para kader partai politik tak berani melarang.

Pasalnya, kata Lely, komunikasi partai politik di Indonesia saat ini masih dipengaruhi tindakan paternalisme.

"Sebenarnya di balik mereka yang beriklan itu ada tokoh-tokoh partai yang menjadi penggagas. Tapi jangan lupa model komunikasi politik kita masih dibatasi oleh situasi yang bersifat paternalisme."

"Jadi mereka tidak berani ngomong ke ketua partai untuk jangan dulu iklannya dipajang, karena ada sifat ewuh pakewuh di antara orang-orang di partai politik itu sendiri."

"Apalagi kalau yang menjadi penggagas ketua tertinggi partai," pungkasnya.

Baca juga: Baliho Tokoh Parpol Ramai Terpasang di Masa Pandemi, Pakar Nilai Para Kader Tak Berani Melarang

Baca juga: Alasan di Balik Pemasangan Baliho Airlangga Hartarto, Golkar: Sudah Program Jauh-jauh Hari

Elektabilitas Tokoh Parpol di Tengah Perang Baliho

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bahkan memunculkan wacana untuk menduetkan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI) dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bahkan memunculkan wacana untuk menduetkan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI) dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Ist)

Elektabilitas Puan Maharani dan Airlangga Hartarto masih tertinggal jauh dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di tengah perang baliho para tokoh politik.

Hasil elektabilitas ini berdasarkan survei yang dilakukan New Indonesia Research & Consulting sejak Mei 2021.

Dikutip dari KompasTV, elektabilitas AHY mengalami peningkatan pesat dibanding Puan dan Airlangga selama dua bulan belakangan.

"Di tengah perang baliho politisi, elektabilitas Puan Maharani dan Airlangga masih jauh tertinggal, justru AHY yang paling berkibar," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting, Andreas Nuryono, Minggu (8/8/2021).

Awalnya, ungkap Andreas, elektabilitas AHY hanya sebesar dua persen.

Tetapi, saat ini naik menjadi lima persen.

Sementara Puuan yang awalnya 1,1 persen naik menjadi 1,4 persen.

Kemudian, elektabilitas Airlangga saat ini hanya sebesar 1,3 persen.

Di peringkat pertama, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, elektabilitasnya sebesar 20,5 persen.

Baca juga: Marak Baliho Politikus di Tengah Pandemi, Fadli Zon: Krisis Empati, Tak Peka pada Masyarakat

Baca juga: Baliho Puan Maharani Ancang-ancang 2024, Dinilai Bukan Waktu yang Pas untuk Tebar Pesona

Lalu selanjutnya ada Prabowo Subianto sebesar 16,7 persen dan Ridwan Kamil 16,1 persen.

Berikut ini elektabilitas calon presiden berdasarkan survei New Indonesia Research & Consulting:

1. Ganjar Pranowo 20,5 persen;

2. Prabowo Subianto 16,7 persen;

3. Ridwan Kamil 16,1 persen;

4. Anies Baswedan 6 persen:

5. AHY 5,8 persen;

6. Sandiaga Uno 5,2 persen;

7. Tri Rismaharini 4,7 persen;

8. Erick Thohir 4,5 persen;

9. Giring Ganesha 2,6 persen;

10. Khofifah Indar Parawansa 2,1 persen;

11. Puan Maharani 1,4 persen;

12. Airlangga Hartarto 1,3 persen;

13. Moeldoko 1,1 persen;

14. Mahfud MD 1 persen.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Chaerul Umam/Farryanida Putwiliani/Maliana, KompasTV/Tito Dirhantoro)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas