Profil Letkol Pnb Ludwig Bayu, Sosok di Balik Evakuasi WNI dari Afghanistan oleh TNI AU
Letkol Pnb Ludwig Bayu bersama Mayor Pnb Mulyo Hadi dan 10 awak pesawat Skadron Udara 17 TNI AU, diterjunkan untuk bantu evakuasi WNI di Afghanistan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - TNI AU berhasil mengevakuasi 26 warga negara Indonesia (WNI) dari Afghanistan, Jumat (20/8/2021).
Mereka tiba di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Sabtu (21/8/2021) dini hari.
Dikutip dari tni.mil.id, total ada 33 orang yang berhasil dievakuasi TNI AU menggunakan pesawat Boeing 737-400 setelah situasi di ibu kota Kabul mencekam pasca-pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.
Rinciannya adalah 16 staf KBRI, 10 non-staf KBRI, dan tujuh warga negara non-WNI.
Diketahui, tujuh warga negara non-WNI itu adalah lima warga negara Filipina dan dua warga Afghanistan.
Baca juga: Rusia: Taliban adalah Penguasa Sah, Tidak Ada Alternatif Selain Mereka di Afghanistan
Baca juga: Sosok Mariam Ghani, Putri Ashraf Ghani yang Kini Nikmati Hidupnya sebagai Seniman di Brooklyn
Keberhasilan evakuasi ini mendapat apresiasi dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
"Keberhasilan misi evakuasi warga negara Indonesia di Kabul ini tidak ringan, karena banyak permasalahan dan dinamika di lapangan yang kita hadapi."
"Namun semua bisa dilaksanakan dengan baik berkat kerjasama antar kementerian dan lembaga sehingga operasi ini bisa berjalan dengan aman dan lancar," bebernya, Sabtu.
Proses evakuasi ini dilakukan oleh 20 prajurit yang dipimpin Asintel Koopssus TNI, Kolonel Pas Dili Setiawan, bersama pilot Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo Hadi
Profil Letkol Pnb Ludwig Bayu
Letkol Pnb Ludwig Bayu bukan berasal dari latar belakang militer.
Mengutip LinkedIn-nya, ia adalah pilot PT Garuda Indonesia.
Ludwig telah bergabung dengan maskapai milik negara ini sejak Desember 1994.
Baru di tahun 2019, Ludwig mendapat pangkat militer Tituler berdasarkan Surat Perintah Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Sprin 1042/VII/2019 tanggal 19 Juli 2019.
Dilansir tni-au.mil.id, gelar tersebut disematkan oleh KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo yang kala itu menjabat sebagai Pangkoopsau I.
Baca juga: Ashraf Ghani Akhirnya Muncul, Bantah Kabur dari Afghanistan, Klaim Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Baca juga: SOSOK Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Pulang Kampung setelah 20 Tahun Pengasingan
Prosesi penyematan gelar militer Tituler pada Ludwig ini dilakukan di Ruang Refreshment Lobby Makoopsau I pada Selasa (30/7/2019).
“Saya berharap agar Letkol Tituler Ludwig Bayu, S.E., M.M., dapat menjalin komunikasi dan koordinasi secara optimal dengan semua pihak sehingga pelaksanaan tugas dapat terselenggara dengan aman dan lancar," kata Fadjar saat itu.
Berdasarkan informasi di laman Academia miliknya, Ludwig adalah alumni Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Tangerang, Banten yang kini bernama Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.
Tak hanya itu, Ludwig juga memiliki gelar Magister Manajemen Sumber Daya Manusia.
Ia tercatat pernah menerbangkan pesawat B737-300/400/500, A300 B4 FFCC, dan B747-200.
Saat ini, Ludwig menerbangkan B737-800 di Garuda Indonesia dan B737-400/500/BBJ-2 TNI AU.
Kronologi Evakuasi WNI di Afghanistan
Dilansir Tribunnews, Mayor Pnb Mulyo Hadi menceritakan ia mendapatkan perintah pada Senin (16/8/2021) malam, untuk menyiapkan rencana pergerakan pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17 yang akan diberangkatkan ke Afghanistan.
Perintah tersebut, kata Mulyo, diterima pada pukul 21.00 WIB dan Rengerak (Rencana Pergerakan) diselesaikan malam itu sekitar pukul 02.00 WIB.
"Hari berikutnya, Selasa, 17 Agustus 2021, personel yang telah ditunjuk melaksanakan rapat bersama dengan Satgas dan Tim Evakuasi lainnya di Hotel Westin," ujar Mulyo.
Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon
Baca juga: Berhasil Kabur dari Afghanistan, Penyanyi Pop Aryana Sayeed: Saya akan Ceritakan Banyak Hal
Pada rapat tersebut, lanjut Mayor Mulyo, diputuskan bahwa pesawat yang akan melaksanakan evakuasi berangkat ke Islamabad, Pakistan, Rabu (18/8/2021), pada pukul 06.00 WIB.
Islamabad dipilih sebagai Posko Aju proses evakuasi berdasarkan berbagai pertimbangan, khususnya faktor keamanan di Kabul, Afghanistan.
Sehingga pesawat Boeing 737-400 diberangkatkan ke Islamabad sebelum melaksanakan evakuasi ke Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan.
Dalam waktu yang relatif singkat, para awak pesawat menyiapkan kelengkapan pesawat dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, terutama dengan Kementerian Luar Negeri.
Termasuk mengajukan flight clearance sesuai rute penerbangan, serta berkoordinasi dengan Atase Pertahanan RI yang berada di tiap-tiap negara yang akan dilalui, selama penerbangan menuju Islamabad.
Sesuai perencanaan yang telah dibuat, tepat pada pukul 06.00 WIB, pesawat TNI AU Boeing 737-400 dengan callsign "Kencana Zero Four" lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, membawa Satgas dan Tim Evakuasi.
Perjalanan menuju Islamabad menempuh waktu penerbangan selama 17 jam, melalui Banda Aceh, Colombo, Srilanka, Karachi, Pakistan, dan mendarat di Islamabad, Pakistan pada pukul 15.13 UTC atau pukul 20.13 waktu Islamabad.
Setelah mendarat di Islamabad, diputuskan untuk menginap sembari memantau perkembangan situasi di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, sebelum melaksanakan proses evakuasi WNI di sana.
Selama di Islamabad, seluruh awak pesawat terus memonitor perkembangan situasi dan kondisi di sekitar landasan di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, terutama eskalasi kerumunan massa yang dapat mengganggu jalannya pendaratan di sana.
"Hambatan yang dihadapi terutama adalah data-data terkini dari landasan Bandara Hamid Karzai International, serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu," ungkap Mulyo.
Baca juga: Hindari Taliban, Anak-anak Afghanistan Dievakuasi Melalui Tembok Tinggi Berduri
Baca juga: Facebook dan Twitter Amankan Akun Warga Afghanistan dari Taliban
"Eskalasi kerumunan massa terjadi ketika awak pesawat sudah sampai di Islamabad, sehingga keputusan dari pihak Kemenlu menunda penjemputan selama 1-2 hari," tambah Mulyo.
Setelah mendapatkan data-data lengkap tentang kondisi Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, bisa didarati, diputuskan pesawat terbang dari Islamabad pada Jumat (20/8/2021) dini hari.
Keputusan ini diambil, dengan harapan kondisi bandara sepi dan tidak ada eskalasi massa.
Pesawat Boeing 737-400 pun lepas landas dari Islamabad pada pukul 04.33 dini hari waktu setempat menuju Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan.
Tantangan lain yang dihadapi para awak pesawat adalah kondisi bandara Bandara Internasional Hamid Karzai yang dikelilingi pegunungan dan banyaknya fasilitas bandara yang tidak berfungsi secara optimal.
Saat pelaksanaan evakuasi, medan Afghanistan yang merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan elevasi runway 5.877 feet di atas permukaan laut, ditambah fasilitas nav aid bandara (ILS, VOR), night facilities ,dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal.
Tantangan lain yang dihadapi para awak pesawat adalah saat mengidentifikasi runway, karena matahari belum terbit dan lampu runway tidak menyala seluruhnya.
Setelah mendarat di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, proses evakuasipun segera dilaksanakan, karena keterbatasan waktu yang diberikan NATO, selaku otoritas di bandara Kabul saat ini.
Sekitar 2 jam, seluruh proses boarding WNI selesai dilaksanakan.
Mengingat keterbatasan kapasitas pesawat, tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut ke dalam pesawat.
Akhirnya Boeing 737-400 berhasil mengevakuasi 26 WNI dan 7 warga non-WNI dari Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul pada pukul 02.19 UTC menuju Islamabad.
Dari Islamabad, pesawat lepas landas pada pukul 23.33 UTC melanjukan penerbangan menuju tanah air melalui, Karachi, Colombo, Banda Aceh dan pada pukul 03.05 WIB Pesawat Boeing 737-400 mendarat sempurna di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Skadron Udara 17 TNI AU Saat Evakuasi WNI dari Afghanistan, Sempat Terkendala Kerumunan Massa
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Fahdi Fahlevi)