BPPT Fokus pada Peningkatan Kemandirian dan Daya Saing Bangsa dalam 8 Bidang Teknologi
BPPT berkomitmen terus menghasilkan inovasi teknologi untuk Indonesia sesuai dengan amanat Undang-undang
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berkomitmen terus menghasilkan inovasi teknologi untuk Indonesia sesuai dengan amanat Undang-undang No. 11 Tahun 2019 mengenai Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU SISNAS IPTEK).
Undang-undang ini pun secara tegas memposisikan adanya Kelembagaan IPTEK dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memiliki peran fungsi dan kewenangannya masing-masing.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan UU tersebut merupakan sebuah dukungan kepada seluruh Kelembagaan IPTEK di Indonesia, termasuk kami (BPPT, -red), karena untuk pertama kalinya dalam sejarah bangsa ini berdiri, IPTEK di tempatkan sebagai landasan ilmiah pembangunan.
Dirinya berujar sejak diberlakukan pada tahun 2019 lalu, BPPT telah fasih melaksanakan amanat UU SISNAS IPTEK dengan melaksanakan ketujuh perannya, yaitu tiga peran pengkajian teknologi yang meliputi perekayasaan/engineering, kliring teknologi, dan audit teknologi, serta empat peran penerapan teknologi yaitu intermediasi teknologi, difusi/diseminasi teknologi, alih teknologi, dan komersialisasi/hilirisasi teknologi.
Baca juga: Komitmen Gerakkan Industri Nasional, Pertamina Satu-Satunya BUMN Peraih Penghargaan TKDN Dari BPPT
"Pada tahun 2021, BPPT memfokuskan diri untuk peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa pada delapan fokus bidang teknologi, diantaranya kebencanaan, kemaritiman, kesehatan & pangan, pertahanan & keamanan, rekayasa keteknikan, transportasi, energi, dan teknologi informasi & elektronika," katanya saat peringatan HUT BPPT ke- 43, Senin (23/8/2021).
Delapan Fokus Bidang Teknologi BPPT
Dalam fokus bidang kebencanaan, BPPT telah men-deploy lima InaBuoy di beberapa lokasi, diantaranya Gunung Anak Krakatau (28 Juli 2021), Selatan Malang (8 Maret 2021), Selatan Selat Sunda (21 Maret 2021), Selatan Bali (12 April 2021), dan Perairan Selatan Cilacap (21 Juli 2021).
Kelima Inabuoy tersebut merupakan bagian dari sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) dengan proyeksi deploy InaBuoy di 13 lokasi, tujuh lokasi InaCBT (cable based tsunameter), dan tiga lokasi untuk InaCAT (Coastal Acoustic Tomography) yang ditargetkan rampung pada tahun 2024.
Semua sensor tersebut akan mengirim sinyal secara simultan dan real time ke Indonesia Tsunami Observation Center (InaTOC) yang berlokasi di Kantor BPPT, Jakarta.
"Sinyal tersebut pun akan dikirimkan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memverifikasi apakah benar terjadi tsunami di lokasi terdekat sensor tersebut," katanya.
Program mitigasi tsunami tersebut saat ini telah dilengkapi dengan teknologi kecerdasan artifisial (KA) di dalam sebuah sistem terintegrasi yang dinamakan PEKA-Tsunami.
Teknologi ini juga turut diaplikasikan pada upaya pencegahan kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan melalui program PEKA-API, sehingga dapat segera dilakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). Saat ini bahan semai berjenis flare yang digunakan untuk TMC telah diproduksi oleh industri dalam negeri berdasarkan pedoman paten dari BPPT.
"Pada fokus bidang kemaritiman, BPPT telah melakukan desain kapal mini liquefied natural gas (LNG) carrier yang telah di-approved/sertifikasi oleh Biro Klasifikasi Indonesia. Desain kapal ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan PT Pertamina dalam mengakomodir kapal pengangkut LNG di daerah yang membutuhkan," katanya.
Baca juga: BPPT Sebut Pesawat N219 Amphibi Cocok di Negara Kepulauan Seperti Indonesia
BPPT diproyeksikan menghasilkan tiga alat angkut maritim, diantaranya model kapal mini, harbor tug dual fuel dan wahana angkut anjungan lepas pantai pasca operasi (ALPO). Dilanjutkan dengan kegiatan desain National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Sedangkan, fokus kegiatan di bidang kesehatan dan pangan utamanya masih berkutat dengan penanggulangan Covid-19 di Indonesia melalui inovasi alat kesehatan dalam hal 3T+D (tracing, testing, treatment, dan detecting).
Tepat pada hari ulang tahun ke-43, BPPT kembali meluncurkan sepuluh produk inovasi kesehatan untuk menangani Covid-19 melalui konsorsium Task Force Riset dan Inovasi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) Next Generation.
Penambahan nama Next Generation merupakan statement BPPT untuk terus mengawal inovasi kesehatan penanganan Covid-19, setelah sebelumnya pada tahun 2020, TFRIC-19 menghasilkan lima alat kesehatan yang diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo.
TFRIC-19 Next Gen saat ini sedang menuntaskan tahapan inovasi beberapa produk yang akan diluncurkan pada tahapan berikutnya, diantaranya direct digital radiography (DDR), ventilator ICU, lab biosafety level 2 (BSL-2) stasioner, aplikasi AI untuk deteksi pneumonia berbasis citra x-ray, data sain senyawa kandidat obat dari mikroba Indonesia, serta sediaan obat herbal terstandar imunostimulan.