Profil Eks Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri yang Kini Dimutasi Pasca-Heboh Hibah Rp 2 Triliun
Rotasi jabatan ini tidak lama usai kisruh sumbangan Rp2 triliun yang diduga bohong dari keluarga alm Akidi Tio.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Malvyandie Haryadi
Lalu, dia menjabat sebagai Asisten SDM Kapolri mendampingi eks Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada 2018 lalu. Pada 2020, Irjen Eko Indra Heri akhirnya menjabat Kapolda Sumsel hingga dirotasi tak lama kisruh sumbangan Rp2 triliun yang diduga bohong dari keluarga alm Akidi Tio.
Selain itu, Irjen Eko Indra Heri dikenal sebagai personel yang berpendidikan tinggi. Dia bahkan didapuk sebagai seorang Professor yang menjadi guru besar di PTIK sejak 21 Juni 2020 lalu.
Kisruh Sumbangan Rp2 Triliun Diduga Bohong
Tim Itwasum dan Propam Mabes Polri telah memeriksa Kapolda Sumatera Selatan Irjen Eko Indra Heri di Mapolda Sumsel terkait kisruh sumbangan Rp2 triliun pada Kamis (5/8/2021).
Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Hari meminta maaf kepada masyarakat atas kasus janji hibah Rp 2 triliun dari keluarga almarhum Akidi Tio yang belakangan ternyata dananya tidak ada.
Kapolda juga mengaku tak mengecek terlebih dahulu mengenai ada tidaknya dana Rp 2 triliun seperti yang dijanjikan oleh keluarga Akidi Tio.
"Oleh karena itu saya meminta maaf kepada masyarakat Indonesia, kepada Kapolri, dan kepada seluruh anggota Polri," kata Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Hari.
Dia juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Sumatera Selatan.
"Kelemahan saya sebagai individu, manusia biasa. Ini terjadi karena ketidak hati-hatian saya selaku individu, ketika mendapatkan informasi dari awalnya ibu Kadinkes menghubungi saya yang menyatakan ada sumbangan dari keluarga Akidi yang disampaikan oleh bapak Profesor Hardy," katanya.
Irjen Pol Eko Indra Hari lalu menyatakan ia bersedia menerima amanat itu karena janji pemberi untuk menanggulangi Covid-19 di Sumsel.
Kapolda juga mengaku memang mengenal keluarga Akidi utamanya Ahong, anak pertama Akidi.
"Sementara ibu Heriyanti saya tidak begitu kenal," katanya.
Kapolda menceritakan, dia bertemu langsung dengan Profesor Hardy dan Kadinkes. Sementara Heriyanti tidak ada.
"Profesor Hardy bilang ada sumbangan Rp 2 triliun dan uang itu berbentuk cek. Kemudian dia bilang ini kepercayaan kepada saya dan harus disampaikan," kata Kapolda.