Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bocah 6 Tahun Dianiaya Orangtua Demi Pesugihan, Anggota DPR: Sangat Keji dan Tak Dapat Ditolerir

Anggota Komisi III DPR RI Andi Rio Idris Padjalangi angkat suara terkait kasus penganiayaan yang dialami bocah 6 tahun di Gowa.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Bocah 6 Tahun Dianiaya Orangtua Demi Pesugihan, Anggota DPR: Sangat Keji dan Tak Dapat Ditolerir
Ist/Tribunnews.com
Anggota komisi III DPR Andi Rio Padjalangi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Andi Rio Idris Padjalangi, meminta pihak kepolisian di wilayah Gowa dapat memberikan sanksi tegas kepada ibu berinisial H yang tega melakukan aksi keji menganiaya yang mengarah kepada pembunuhan kepada anaknya sendiri berisial AP (6).

Pelaku melakukan aksi keji menganiaya anak kandungnya dan berupaya mencongkel mata korban.

Tindakan tersebut pun diduga melibatkan pihak keluarga lain seperti ayah kandung AP, nenek, kakek, dan paman AP.

Mereka turut serta membantu pelaku memegang AP untuk proses ritual aliran sesat yang dipelajari pihak keluarganya.

"Ini sangat keji dan tidak dapat ditolerir, berikan hukuman yang sesuai kepada para pelaku agar dapat merasakan efek jera. Kepolisian dan komisi perlindungan anak pemerintah daerah Gowa harus dapat melakukan trauma helling kepada anak tersebut. Jangan sampai psikologis anak terganggu hingga dewasa," kata Andi Rio kepada Tribunnews, Minggu (5/9/2021).

Politikus Golkar asal Bone itu meminta, agar peristiwa tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat untuk dapat saling menjaga lingkungan dan memberikan informasi kepada pihak yang berwenang seperti kepolisian, tokoh agama, dan tokoh adat jika ditemukan adanya penganut aliran sesat.

Baca juga: Mata Bocah Ini Dikorbankan untuk Pesugihan, Kakak Tewas Sehari Sebelumnya, Diduga Dicekoki Air Garam

Berita Rekomendasi

Peran Majelis Ulama Indonesia di Sulawesi Selatan harus dapat berani dalam menindak agar tidak ada lagi masyarakat yang terpengaruh dan mudah masuk dalam aliran pesugihan tersebut.

"Melihat peristiwa itu, tentunya peran tokoh baik agama dan masyarakat harus dikedepankan dalam memberikan edukasi baik dari sisi agama dan hal lain. Jangan sampai masih ada keluarga yang melakukan ritual ritual pesugihan yang tentunya masuk.dalam kategori aliran sesat yang dapat membahayakan," ujarnya.

Lebih lanjut, Andi Rio mengatakan kondisi pandemi saat ini tentunya mempengaruhi psikologis seseorang yang menyebabkan mudahnya terpengaruh untuk masuk dalam aliran sesat seperti pesugihan.

Baca juga: Fakta-fakta Bocah Wanita Usia 6 Tahun Dianiaya Orangtuanya di Gowa, Diduga Terkait Praktik Pesugihan

Praktik-praktik seperti itu dipicu berbagai macam faktor seperti ekonomi dan latar pendidikan yang rendah.

"Mungkin saja mereka melakukan ritual tersebut karena ingin kaya dan terhimpit masalah ekonomi. Namun apapun alasannya tentunya tidak dapat dibenarkan terlebih melakukan aksi keji dan biadab terhadap anaknya sendiri," ucapnya.

"Pemerintah dalam hal ini perlu turun tangan dalam menyelesaikan maraknya ritual pesugihan yang dapat memberikan halusinasi untuk melakukan pembunuhan, karena tidak hanya terjadi di wilayah Gowa saja melainkan banyak terjadi akhir akhir ini di sejumlah daerah," ujarnya.

Dketahui, bocah wanita berusia 6 tahun menjadi korban penganiayaan orangtuanya di Gantarang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Tak hanya kedua orangtuanya, diduga kakek dan nenek serta pamannya pun turut terlibat dalam penganiayaan tersebut.

Akibatnya, korban mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuh korban.

Hingga saat ini korban yang diketahui berinisial AP masih mejalani perawatan di RSUD Syekh Yusuf Gowa karena mengalami sejumlah luka termauk di bagian matanya.

Dilansir dari tribuntimur.com, sejumlah fakta terungkap dalam kasus tersebut.

Berikut sejumlah fakta yang berhasil dihimpun tribunnews,com;

1. Orangtua korban diduga mempunyai ilmu hitam

Keluarga korban, Bayu menceritakan kronologi kejadian yang menimpa bocah 6 tahun tersebut.

Dia mengatakan kedua orangtua anak tersebut diduga hilang kesadaran karena diduga mempelajari ilmu hitam.

"Mungkin orangtua anak ini di luar kesadaran non medis. Jadi orangtuanya seperti memiliki ilmu hitam apa begitu," ujarnya, Sabtu (4/9/2021).

Akibatnya, lanjut dia, anaknya korban menjadi tumbal atau korban.

Dia menyebut ada dua orang kakak beradik yang menjadi korban.

Baca juga: Demi Pesugihan, Gadis Berusia 15 Tahun di Lampung Jadi Korban Pencabulan Kakak Ipar

Namun, satu orang korban meninggal dunia karena dicekoki air garam 2 liter.

"Informasinya satu korban yakni kakaknya ini meninggal dunia karena dicekoki air garam 2 liter," jelas Bayu.

Menurut Bayu, pelaku berupaya menganiaya korban AP karena mengaku melihat ada sesuatu di mata anaknya.

"Yang ini pas kami dari kuburan orangtuanya kan masih belum sadar katanya dia lihat sesuatu di mata anaknya, mereka berusaha mengambil. Mereka berempat (terduga pelaku) menganiaya korban," katanya.

2. Hendak congkel mata korban

Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Boby Rachman mengatakan akibat penganiayaan tersebut korban mengalami luka pada bagian mata kanannya.

"Sudah empat saksi yang diperiksa. Barang bukti nihil, karena pelaku ibu korban sendiri pakai tangannya saat hendak mencongkel mata korban," jelasnya.

3. Orangtua korban jalani tes kejiwaan

AKP Boby Rachman pun mengatakan, terkait kasus tersebut pihaknya sudah mengamankan empat.

Keempatnya yakni kedua orangtua korban bersama kakek serta paman korban.

"Ada empat orang pelaku yang sudah diamankan," ujarnya.

Dari empat orang tersebut, dua orang pelaku yakni kedua orangtua korban dibawa ke Rumah Sakit Dadi untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan.

Baca juga: Pasutri Korban Aniaya Oknum Satpol PP di Gowa Kini Dilaporkan ke Polisi, Dianggap Sebar Kebohongan

Sebab, polisi menduga kedua pelaku diduga mengalami gangguan jiwa.

Sementara dua pelaku lainya yakni kakek dan paman korban saat ini diamankan di Mapolres Gowa.

"Dua orang pelaku sementara dilakukan pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit Dadi, kalau dua orang pelaku lainya kakek dan pamannya sudah diamankan di Polres Gowa," jelasnya.

4. Praktik pesugihan

Kapolres Gowa, AKBP Tri Goffaruddin Pulungan mengatakan pihaknya hingga kini masih menyelidiki kasus KDRT ini.

Begitu pula dengan dugaan pesugihan yang dilakukan pelaku sehingga menganiaya korban yang tak lain anak mereka sendiri.

"Terkait kematian kakak korban kami tahu karena kejadiannya ini berselang sehari dengan kematian kakak korban. Untuk penyebab diketahui, kami dalami karena kami masih fokus dulu terhadap kasus korban anak usia 6 ini," katanya.

Selain itu, sebut AKBP Tri Goffaruddin berencana akan berkoordinasi dan melibatkan pihak depertemen agama dan tokoh masyarakat terkait dugaan pesugihan tersebut.

Baca juga: Tiga Pendaki Gunung Bawakaraeng Gowa Meninggal Dunia

Senada yang dikatakan Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Boby Rachman.

Dugaan pesugihan atau ritual kata dia, masih sementara penyelidikan.

Dari informasi, menurut AKP Boby Rachman, dugaan pesugihan ini memiliki perkumpulan.

Dugaannya sekira ada 40 orang yang diduga menjadi kelompok pesugihan itu.

"Masih kita dalami, mereka ada perkumpulannya ada 40 orang, ini masih didalami dan melibatkan Polsek, kementerian agama dan tokoh masyarakat di sana dan akan dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan jangan sampai ada seperti ini," jelasnya.

5. Dihibur Kapolres

Kapolres Gowa AKBP Tri Goffaruddin Pulungan menjenguk korban berinisial AP di RSUD Syekh Yusuf Gowa, Sabtu (4/9/2021) sore.

Didampingi Kasat Reskrim AKP Boby Rachman dan KBO Reskrim Iptu Mas Jaya tampak Kapolres menghibur AP.

Orang nomor satu di Kepolisian Resort Gowa ini bahkan memanjakan AP.

Sesekali ia bercanda dengan korban.

Bahkan, suami Uut Permatasari ini menghibur korban dengan memperlihatkan beberapa film kartun melalui handphone.

Sesaat setelah menjenguk AP, AKBP Tri Goffaruddin mengantar langsung korban ke ruangan perawatannya.

Baca juga: Diduga Jadi Tumbal Ritual, Bocah 6 Tahun di Gowa Disiksa Orangtua, Polisi Ungkap Kondisinya

Ia mendorong langsung tiang infus AP menuju ruangan inap perawatan.

Ia menyampaikan kehadirannya untuk memberi semangat kepada korban.

"Ini untuk memberikan semangat, terusterang saya juga merasakan, kebetulan anak saya hampir sama besarnya seperti korban," katanya.

Dia juga menyampaikan rasa prihatin terhadap apa yang dialami korban. Apalagi menurut dia, korban masih anak-anak dan membutuhkan banyak perhatian.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas