Panglima TNI Soroti Angka Positivity Rate Provinsi Sulut, Disebut Masih Jauh di Atas Standar WHO
Salah satu yang menjadi faktor penyebab meningkatnya angka kasus positif adalah kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyoroti angka positivity rate Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang rata-rata masih jauh di atas standar WHO.
Sebelumnya saat rapat dengan Forkopimda Sulut, Gubernur Olly Dondokambey melaporkan saat ini Sulut mengalami kemajuan yang baik yaitu tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Sulut cukup tinggi.
Olly melaporkan hal tersebut tidak lepas dari komitmen dan sinergitas TNI-Polri dan Pemerintah Provinsi dalam penegakan disiplin Prokes dan percepatan vaksinasi bagi masyarakat Sulut.
Hadi kemudian menyampaikan bahwa penanganan pandemi membutuhkan partisipasi aktif semua pihak, termasuk masyarakat.
Salah satu yang menjadi faktor penyebab meningkatnya angka kasus positif, kata dia, adalah kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Hal tersebut disampaikannya saat memimpin rapat Forkopimda bersama Kabaharkam Polri Komjen Pol Arief Sulistyanto di Kantor Gubernur Sulut pada Sabtu (4/9/2021).
"Rata-rata positivity rate Provinsi Sulut berada di angka 19,21%, masih jauh di atas standar yang ditetapkan WHO yaitu dibawah 5%," kata Hadi dalam keterangan resmi Puspen TNI pada Sabtu (4/9/2021).
Saat ini, kata dia, rasio pelacakan kontak erat terhadap 1 kasus konfirmasi di Prov Sulut berdasarkan Dashboard Kemenkes adalah 2,97 yang artinya saat ini baru 3 orang dilacak dari setiap 1 kasus konfirmasi.
Padahal targetnya harus 1:15.
Baca juga: Panglima TNI Resmikan 1.500 Rumah Cinta Kasih dan Sekolah Terpadu untuk Korban Bencana Palu
"Kita ambil contoh di Kab. Bolaang Mongondow Timur. Tidak ada testing, tracing dan BOR, juga rawat inap RS, tetapi terdapat data kasus konfirmasi dan data kematian yang tinggi," kata Hadi.
Menurutnya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Tren penurunan kasus, kata dia, jangan diartikan sebagai kelonggaran untuk kembali beraktivitas sama seperti sebelum pandemi.
Untuk itu ia mengatakan Sulut harus memperkuat upaya penanganan secara sinergis dan serius sesuai kondisi wilayah masing-masing.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.