Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Data Bocor Dikhawatirkan Disalahgunakan Teroris

Menurut pengamat saat ini ditemukan bahwa kebocoran data masyarakat digunakan menjadi kelompok teroris.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Data Bocor Dikhawatirkan Disalahgunakan Teroris
WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Iman dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, saat jumpa pers pembobolan data atau akses ilegal aplikasi PeduliLindungi di Polda Metrojaya, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (3/9/2021). Pembobolan data atau akses ilegal aplikasi PeduliLindungi sudah menjual 93 sertifikat vaksin palsu. Polisi pun kini memburu para pembeli sertifikat vaksin palsu itu. 4 tersangka di tahan oleh Polda Metrojaya sebagai 2 orang pelaku dan 2 orang pembeli. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber (ClSSReC) Dr. Pratama Persada menyoroti soal kebocoran data yang semakin mengkhawatirkan.

Pasalnya, ia mengatakan saat ini ditemukan bahwa kebocoran data masyarakat digunakan menjadi kelompok teroris.

Hal itu disampaikan Pratama dalam Ins Talk yang disiarkan kanal media sosial Instagram @radioelshinta90fm, Senin (6/9/2021).

"Kemarin saya juga sempat live dengan Wakil Ketua Komisi I DPR, sekarang sudah ada juga data kita ini digunakan untuk menjadi anggota kelompok teroris. Bayangin," kata Pratama.

Pratama pun mengatakan jika data masyarakat yang bocor digunakan untuk anggota teroris.

Baca juga: Wakil Ketua DPR: Pejabat Tak Cari Kambing Hitam soal Kebocoran Data

Sehingga bisa dibayangkan jika seseorang yang tak pernah terlibat langsung tiba-tiba terseret dalam kelompok teroris.

"Jadi ketika Densus 88 menggerebek mendapat list anggotanya, dicek anggotanya, ada KTP kita di sana. Ngeri enggak?" ucap Pratama.

Berita Rekomendasi

"Kita enggak ngapa-ngapain, kita enggak pernah radikal, tiba-tiba kita dibilang teroris. Itu kan bahaya sekali," tambahnya.

Untuk itu, Pratama menegaskan jika kebocoran data tidak bisa diremehkan begitu saja.

Termasuk soal kebocoran data eHAC.

Makanya, kata dia, jangan meremehkan data yang bocor.

"Saya kemarin sempat kesal dengan pejabat Kemenkes. Dia bilang data yang bocor dari eHAC itu data lama. Ada 1,3, juta data loh. Dibilang data lama, padahal itu data valid," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas