Data Bocor Dikhawatirkan Disalahgunakan Teroris
Menurut pengamat saat ini ditemukan bahwa kebocoran data masyarakat digunakan menjadi kelompok teroris.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber (ClSSReC) Dr. Pratama Persada menyoroti soal kebocoran data yang semakin mengkhawatirkan.
Pasalnya, ia mengatakan saat ini ditemukan bahwa kebocoran data masyarakat digunakan menjadi kelompok teroris.
Hal itu disampaikan Pratama dalam Ins Talk yang disiarkan kanal media sosial Instagram @radioelshinta90fm, Senin (6/9/2021).
"Kemarin saya juga sempat live dengan Wakil Ketua Komisi I DPR, sekarang sudah ada juga data kita ini digunakan untuk menjadi anggota kelompok teroris. Bayangin," kata Pratama.
Pratama pun mengatakan jika data masyarakat yang bocor digunakan untuk anggota teroris.
Baca juga: Wakil Ketua DPR: Pejabat Tak Cari Kambing Hitam soal Kebocoran Data
Sehingga bisa dibayangkan jika seseorang yang tak pernah terlibat langsung tiba-tiba terseret dalam kelompok teroris.
"Jadi ketika Densus 88 menggerebek mendapat list anggotanya, dicek anggotanya, ada KTP kita di sana. Ngeri enggak?" ucap Pratama.
"Kita enggak ngapa-ngapain, kita enggak pernah radikal, tiba-tiba kita dibilang teroris. Itu kan bahaya sekali," tambahnya.
Untuk itu, Pratama menegaskan jika kebocoran data tidak bisa diremehkan begitu saja.
Termasuk soal kebocoran data eHAC.
Makanya, kata dia, jangan meremehkan data yang bocor.
"Saya kemarin sempat kesal dengan pejabat Kemenkes. Dia bilang data yang bocor dari eHAC itu data lama. Ada 1,3, juta data loh. Dibilang data lama, padahal itu data valid," tegasnya.