Sopir Mantan Sekretaris MA Merasa Aneh Pekerjaannya Kok Bisa Berurusan dengan KPK
Mulanya Ketua Mejelis Hakim Saifuddin Zuhri bertanya kepada Ferdy Yuman apakah menyesal setelah perbuatannya di proses ke ranah pengadilan.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta kembali menggelar sidang kasus dugaan perintangan proses penyidikan mantan Sekretaris MA, Nurhadi dan menantunya Rezky Herbiyono, dengan terdakwa Ferdy Yuman selaku sopir keduanya.
Dalam sidang agenda pemeriksaan terdakwa yang digelar Senin (20/9/2021) di Pengadilan Tipikor Jakarta, Ferdy Yuman mengaku menyesal sekaligus heran pekerjaan sebagai sopir seperti dirinya bisa juga terjerat kasus di KPK.
Mulanya Ketua Mejelis Hakim Saifuddin Zuhri bertanya kepada Ferdy Yuman apakah menyesal setelah perbuatannya di proses ke ranah pengadilan.
"Saudara akhirnya kan di proses seperti ini, ada menyesal?," tanya hakim.
"Pasti Yang Mulia, tapi ya harus saya jalani," jawab Ferdy Yuman.
Hakim kemudian bertanya apakah terdakwa juga menyesali terkait perbuatannya dianggap menghalang - halangi proses penyidikan.
Ferdy Yuman pun secara tegas menyatakan tidak begitu menyesal. Sebab menurutnya apa yang dilakukannya selama ini hanyalah menjalankan perintah dari atasannya yakni Rezky Herbiyono.
Ia mengaku tidak melakukan perbuatan di luar perintah yang diberikan.
Dia juga heran pekerjaannya sebagai sopir yang bergerak atas perintah atasan, bisa ikut terseret masuk dalam pusaran perbuatan korupsi yang dilakukan atasannya.
"Nggak ada sih, tugas saya kok berurusan sama hukum. Padahal kan saya menjalankan perintah rezky. Saya cuma bekerja. Maksudnya sopir itu bisa terlibat sama hukum. Saya merasa aneh aja," terangnya.
Dia mencontohkan, kalau seorang kuli bangunan tahu bahwa pekerjaannya bisa membuat dirinya ditetapkan tersangka oleh KPK, maka Ferdy Yuman yakin yang bersangkutan pasti akan berhenti dari pekerjaannya.
"Kalau menyadari apa nggak akan melakukan?," tanya hakim.
"Semua, kalau tau misalnya pekerja kuli bangunan bisa jadi tersangka di KPK, ya pasti nggak mau jadi kuli bangunan. Saya juga bingung, masa saya bayar rumah ini saya jadi kena kasus di KPK," jelas Ferdy Yuman.
Baca juga: Menantu Nurhadi Ngaku Rumah Simprug Disewa atas Nama Ferdy Yuman tapi untuk Kepentingan Keluarganya
Dalam perkara ini, Ferdy Yuman didakwa telah merintangi proses penyidikan yang menjerat mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi dan menantunya Rezky Herbiyono.
Jaksa menyatakan Ferdy Yuman membantu pelarian Nurhadi dan Rezky saat menjadi buronan KPK.
Diantaranya, menyewakan rumah sebagai tempat persembunyian Nurhadi dan Rezky Herbiyono.
Padahal, Nurhadi dan Rezky saat itu berstatus buronan kasus dugaan suap serta gratifikasi terkait pengurusan perkara di MA.
Berdasarkan uraian jaksa dalam dakwaannya, Ferdy Yuman merupakan sepupu Rezky Herbiyono.
Ferdy dipercaya untuk menjadi sopir serta orang kepercayaan Rezky dan Nurhadi.
Oleh Rezky, Ferdy digaji sebesar Rp20 juta setiap bulannya.
Perbuatan Ferdy dianggap telah merintangi penyidikan karena membantu Nurhadi dan Rezky selama menjadi buronan.
Ia disebut membantu memenuhi keperluan Nurhadi dan Rezky saat bersembunyi di Apartemen The Residence at Dharmawangsa 1.
Kemudian, Ferdy Yuman juga disebut oleh jaksa membantu untuk menyewakan rumah sebagai tempat persembunyian Nurhadi dan Rezky di Jalan Simprug Golf Suites, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Di mana dalam sidang sebelumnya, Penyidik KPK Rizka Anungnata menegaskan kalau Rezky Herbiyono yang merupakan menantu dari Nurhadi mengaku pernah menyerahkan uang sebesar Rp420 juta ke Ferdy Yuman.
"Dari fakta penyidikan bahwa uang yang diberikan Rezky Herbiyono (menantu Nurhadi) itu sekitar Rp420 juta plus jaminan. Rp420 juta adalah harga sewa rumah, itu didapat dari keterangan beberapa saksi," kata Rizka, Jumat (6/8/2021).
Untuk diketahui, Rizka sendiri merupakan penyidik KPK yang menangani perkara Nurhadi dan menantunya yakni Rezky Herbiyono.
Rizka juga yang menangkap Nurhadi di rumah yang disewa oleh Ferdy untuk keluarga Nurhadi di Jalan Simprug Golf, Jakarta Selatan.
Kata Rizka, penyerahan uang senilai Rp420 itu didasari dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Rezky Herbiyono.
"BAP Rezky menjelaskan dia memberikan uang. Mereka (Nurhadi-Rezky) selalu berdua pergerakan mereka selalu berdua tidak mungkin Nurhadi nggak tahu, Rezky kan nggak punya uang," ucapnya.
Lebih lanjut, Ferdy juga membantu mengurus perpindahan Nurhadi dan Rezky dari apartemen ke rumah tersebut.
Tak hanya itu, Ferdy juga tidak melaporkan keberadaan Nurhadi dan Rezky kepada RT setempat saat tinggal di perumahan Jalan Simprug Golf Suites.
Padahal, saat itu jaksa meyakini Ferdy mengetahui bahwa Nurhadi dan Rezky adalah buronan KPK.
"Bahwa serangkaian perbuatan terdakwa tersebut diatas dilakukan dengan maksud agar Nurhadi dan Rezky Herbiyono selaku tersangka korupsi tidak diketahui keberadaannya serta untuk menghindari pemeriksaan atau tindakan hukum lainnya," kata jaksa.
Atas perbuatannya, Ferdy Yuman didakwa melanggar Pasal 21 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Sekedar informasi, Nurhadi dan Rezky Herbiyono merupakan terdakwa kasus suap dan gratifikasi terkait pengurusan sejumlah perkara di MA.
Keduanya telah divonis bersalah dan masing-masing dijatuhi hukuman 6 tahun penjara serta denda Rp500 juta subsidair 6 bulan kurungan atas perkara itu.