Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO dan UNICEF Minta Pemerintah RI Segera Gelar Pembelajaran Tatap Muka

WHO: dengan protokol keamanan yang ketat, sekolah dapat menjadi lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak daripada di luar sekolah.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Sanusi
zoom-in WHO dan UNICEF Minta Pemerintah RI Segera Gelar Pembelajaran Tatap Muka
TRIBUN LAMPUNG/TRIBUN LAMPUNG/DENI SAPUTRA
PTM PELAJAR - Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di UPT SD Negeri 2 Rajabasa, Senin (13/9/2021). Seiring penurunan status pandemi dari zona merah ke zona kuning atau dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 menjadi PPKM level 3 di Kota Bandar Lampung, pembelajaran tatap muka dilakukan secara terbatas yang diikuti hanya 50 persen siswa. Selain itu selama pembelajaran berlangsung selama 2x60 menit sehari dan berlaku di seluruh jenjang pendidikan setempat, mulai tingkat SD, SMP dan SMA .(Tribunlampung.co.id/Deni Saputra) 

"Nah kita harus membalik angka ini menjadi terbalik, yang 37 persen mestinya yang belum melaksanakan, yang 63 persen yang sudah mengaselerasi untuk segera buka PTM," ucapnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri (Tribun Jateng)

Jumeri pun menyadari, bahwa pertimbangan tak menggelar PTM di sekolah ada banyak faktor. Misalnya, ada daerah yang mempertimbangkan karena daerah itu atau kabupaten itu ada di wilayah aglomerasi.

"Mungkin gandengannya itu masih berbahaya. sehingga takut kalau dibuka ada klaster," kata Jumeri.

"Kemudian pertimbangan-pertimbangan yang konserfatif, kepala daerahnya konservatif, sangat hati-hati untuk tidak segera membuka. Ini tentu butuh komunikasi untuk semua pihak" jelasnya.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda juga mengkritisi lambannya sekolah tatap muka. Menurutnya anak-anak sekarang sudah sangat rindu pergi ke sekolah bukan ke mal.

"Setahuku anak-anak rindu sekolah, tidak rindu mal. Karena itu, di mata saya ya, yang membidangi pendidikan, rasanya belum perlu anak-anak kita untuk diberi akses, diberi kesempatan untuk ke mal," kata Huda.

Politisi PKB itu bahkan sesumbar berani mengatakan jika ada survei soal kerinduan anak-anak di masa pandemi, maka opsi rindu ke sekolah lebih tinggi ketimbang ke mal.

Berita Rekomendasi

"Saya meyakini hasil surveinya kira-kira 99 persen anak-anak akan ingin kembali ke sekolah karena anak-anak rindu kembali ke sekolah," ujarnya.

Baca juga: PTM Baru Dilakukan di 40 Persen Daerah dengan Level PPKM 1-3

Dia meminta sebaiknya pemerintah fokus bagaimana mengembalikan anak-anak untuk belajar di sekolah.

"Jadi manfaatkan momentum ini ketimbang ke mal, mending balik ke sekolah dan ini dirindukan anak-anak," pungkasnya.

Pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan sekolah sangat vital dan strategis karena itu perlu diingat bahwa ada anak-anak yang bakal kehilangan waktu emasnya saat tidak pergi ke sekolah.
"Sekolah itu amat vital dan strategis, karena perlu diingat, ada anak-anak dengan usia yang mana mereka tidak bisa kehilangan waktu emasnya," kata Dicky.

Dicky menerangkan bahwa di masa tumbuh kembang anak yang berada di dalam masa emasnya, membutuhkan rangsangan multi sensorik, rangsangan untuk berinteraksi tatap muka, serta melakukan berbagai kegiatan fisik. Semuanya itu hanya dapat dilakukan dengan interaksi langsung.

"Selain itu, dalam setiap pandemi, sekolah itulah yang paling akhir ditutup, dan ketika pandemi membaik, bukan mal atau lainnya yang dibuka pertama kali, tetapi sekolah," jelas Dicky.

Harus dipahami, kata Dicky, ini adalah persoalan yang menyangkut generasi muda penerus, masalah human development index yang sangat vital.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas