Mantan Kepala BAIS: Kecil Peluangnya AS dan China Bertempur di Laut China Selatan
ASEAN termasuk Indonesia akan mendorong setiap sengketa di LCS diselesaikan secara damai.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksda TNI (Purn) Soleman B Ponto menilai kemungkinan Amerika Serikat (AS) dan China bertempur di Laut China Selatan (LCS) kecil.
Ponto menilai hal tersebut dari sejumlah kesepakatan antara ASEAN dan China maupun sikap antara AS, China, dan ASEAN termasuk Indonesi terkait LCS.
Ia menjelaskan, sejumlah kesepakatan yang mendukung stabilitas kawasan ASEAN di antaranya adalah adanya Code of Conduct atau semacam aturan tata perilaku antara negara-negara Asia Tenggara guna menghindari konflik di perairan sengketa LCS.
Selain itu, kata dia, ada Treaty of Amity and Corporation (TAC) di ASEAN yang intinya mengatur penyelesaian konflik di antara negara-negara pihak secara damai.
Baca juga: China Geram dan Prancis Merasa Dikhianati dengan Aliansi Terbaru AS-Inggris-Australia
Selain itu, kata dia, ada pula deklarasi Zone of Peace, Freedom, And Neutrality (Zopfan) yang merupakan kerja sama negara ASEAN di bidang politik dan keamanan.
Baca juga: Pakar Hukum Internasional Ungkap Makna Manuver Angkatan Laut China di Laut Natuna
Kemudian, lanjut dia, ada pula Asean Declaration of the South China Sea yang ditandatangani pada 22 Juli 1992.
Kesepakatan itu, kata dia, juga menekankan perlunya penyelsaian sengketa secara damai.
Baca juga: Ancaman Kapal China di Natuna, Prabowo Bawa Lisensi Kapal Perang Inggris
Ponto juga menjelaskan bahwa China dan ASEAN telah menyatakan Declaration on Conduct of the Parties in The South China Sea yang ditandatangani pada November 2002.
Dalam kesepakatan tersebut, kata dia, Asean dan China menyepakati bahwa akan menghormati Freedom of Navigation di LCS dan menyelesaikan setiap sengketa secara damai dan menahan diri dari tindakan yang dapat meningkatkan eskalasi konflik.
Ponto kemudian juga menjelaskan bagaimana sikap masing-masing pihak di LCS. Ia mengatakan, China menganggap sikap AS dan sekutunya tidak netral.
Tapi, China menganggap LCS adalah rumah bagi China dan ASEAN sehingga sengketa antara China dan negara-negara Asean di sana bisa diselesaikan secara bilateral.
Sementara itu, kata dia, AS mendukung ASEAN untuk melawan klaim ilegal China yang pada prinsipnya menegakkan UNCLOS.
Sementara itu, kata dia, sikap RI dan ASEAN menerima dengan baik setiap dukungan untuk pelaksanaan UNCLOS.
Selain itu, RI dan ASEAN menolak tegas setiap proyeksi kekuatan yang berdasarkan rivalitas.
Apabila ada sengketa antara anggota ASEAN di LCS, kata dia, maka diselesaikan oleh para pihak secara bilateral, namun tidak ada negosiasi antara 9 dash line apabila dihadapkan pada UNCLOS.
Ia mengatakan ASEAN termasuk Indonesia akan menolak apabila terjadi kekerasan di LCS dan semua sengketa yang ada di LCS diupayakan akan diselesaikan dengan cara damai.
Hal tersebut disampaikannya dalam Gelora Talks bertajuk Perang Supremasi: Amerika Serikat VS China Akankah Meledak di Laut China Selatan? di kanal Yotube geloraTV pada Rabu (22/9/2021).
"Dari situ kita bisa simpulkan kecil kemungkinan AS dan China itu akan bertempur di LCS. Karena kalau dia masuk ke sana sudah pasti dari Asean akan menolak."
"Jangan di sini. Di sini bukan tempat bertempur. China pun juga sudah berjanji dia tidak akan membuat LCS ini menjadi medan pertempuran. Di situ yang dihormati adalah Freedom of Navigation," kata Ponto.
Dengan demikian menurutnya meski situasi di LCS tampak panas tapi dengan adanya kesepakatan-kesepakatan tersebut maka setiap sengketa di sana tidak akan diselesaikan dengan kekerasan.
Ia menegaskan, ASEAN termasuk Indonesia akan mendorong setiap sengketa di LCS diselesaikan secara damai.
"Inilah kira-kira situasi yang ada di LCS, kita lihat panas tetapi dengan adanya Asean Way, Asean Way ini membuat (sengketa) di LCS diupayakan tidak akan ada pertempuran tapi di sana semua diselesaikan dengan damai, dan di sana dijaga adalah freedom of navigation," kata Ponto.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.