Pengamat Sebut Giring PSI Terapkan Gaya Politik Terbuka dengan Blak-blakan Kritik Anies
Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha melancarkan pernyataan terbuka yang menyebut Anies sebagai sosok pembohong.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sehari menjelang pemeriksaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha melancarkan pernyataan terbuka yang menyebut Anies sebagai sosok pembohong.
Dalam video yang diunggah pada media sosial resmi milik PSI, Giring menuding kebohongan Anies dengan pura-pura peduli di tengah situasi pandemi Covid-19.
Giring mencontohkan keputusan Anies membelanjakan uang rakyat mencapai Rp 1 triliun untuk program Formula E dan mengabaikan kritik masyarakat.
Giring bahkan menuduh Anies menggunakan APBD DKI Jakarta yang sangat besar itu untuk kepentingan pribadi maju sebagai calon presiden 2024.
Baca juga: Giring Sebut Anies Baswedan Pembohong, Wagub DKI: Jangan Saling Menyalahkan Sesama Anak Bangsa
Giring mewanti-wanti agar Indonesia jangan sampai jatuh ke tangan Anies karena dianggap bukan pemimpin yang mampu mengatasi krisis dan menyelamatkan rakyat.
“Serangan yang dilontarkan Giring secara blak-blakan menjadi gaya baru politik terbuka ala PSI, yang mencitrakan diri sebagai partai anak muda dan generasi milenial,” ungkap pengamat politik Andreas Nuryono dalam keterangan pers di Jakarta pada Jumat (25/9/2021).
Menurut Andreas, hal ini berkebalikan dengan Anies yang masih menjual politik citra dari masa lalu.
Anies dikenal piawai bertutur kata dan menampilkan gaya kesantunan yang mirip politik pencitraan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bertahan selama dua periode.
Politik santun semacam itu telah didobrak oleh kemunculan elite politik baru sejak masuknya Jokowi ke ibukota.
Jokowi tak segan-segan masuk ke gorong-gorong dan turun langsung melihat kinerja aparat pemerintahan demi menghadirkan pelayanan publik yang lebih baik.
Gaya semacam itu menjadi tren para politisi baru lainnya.
Sebut saja aksi marah-marah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika memergoki pungli di jembatan timbang.
Terbukti Provinsi Jateng kemudian banyak mendapat penghargaan dalam upaya reformasi birokrasi.
Kebiasaan marah-marah juga lekat pada diri walikota Surabaya Tri Rismaharini yang kemudian diteruskan saat menjabat Menteri Sosial.
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menggantikan Jokowi kerap mengeluarkan kata-kata bernada kasar saat melihat buruknya kinerja pelayanan publik.
“Anies sebetulnya tampil ke panggung politik nasional seiring dengan kehadiran elite baru produk pilkada langsung tersebut,” lanjut Andreas.
Hanya saja Anies lebih mewakili gaya politik lama yang sudah tidak kontekstual lagi bagi lapisan baru milenial dan generasi Z yang sedang tumbuh.
Anak-anak muda Indonesia cenderung lebih terbuka dalam mengekspresikan diri, berbeda dengan generasi yang lebih tua.
Transparansi dan akuntabilitas yang menjadi ciri dari reformasi pelayanan publik mendapat dukungan kuat dari generasi muda yang tengah beranjak menduduki posisi-posisi penting di birokrasi maupun sektor swasta.
Sebaliknya, publik yang mencaci-maki Giring merepresentasikan segmen pemilih tua yang makin berkurang jumlahnya dalam demografi nasional.
Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 menunjukkan generasi tua yang berusia di atas 55 tahun (baby boomers) tersisa tinggal 13,43 persen dari 270,20 juta penduduk Indonesia.
Pada Pemilu 2019 lalu, pemilih berusia 17-40 tahun tercatat mencapai separuh dari Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Jumlah tersebut akan terus meningkat dan menjadi mayoritas dari seluruh pemilih pada Pemilu 2024 mendatang.
PSI sendiri yang mengklaim sebagai partai anak muda tidak lolos ke Senayan, tetapi di DKI Jakarta berhasil merebut 8 kursi dan bisa membentuk fraksi.
PSI satu-satunya partai politik baru yang bisa mendudukkan wakil di DPRD DKI Jakarta, sedangkan parpol lama Hanura tergusur.
Tidak heran jika PSI berupaya mengkapitalisasi keberhasilannya di ibukota dengan menggunakan Anies sebagai sasaran tembak.
Selain di Jakarta, PSI juga mempunyai fraksi di kota-kota besar seperti Tangerang Selatan dan Surabaya, serta anggota DPRD di provinsi dan kota/kabupaten lainnya.
“Langkah Anies menuju 2024 sangat bergantung pada posisinya di DKI Jakarta, yang sayangnya minim prestasi, bahkan menjadi ajang kritik dan serangan publik seperti program Formula E,” pungkas Andreas yang juga Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.