Cegah Anak Stunting, Kampanye Pendewasaan Usia Perkawinan Perlu Terus Digalakkan
Pendewasaan usia perkawinan bisa dilakukan lewat kampanye usia ideal menikah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi NasDem Nurhadi mengatakan perencanaan masa depan, pencegahan stunting, dan menikah di usia ideal menjadi hal yang wajib diperhatikan saat ini.
Menurutnya, tiga hal ini dapat dilakukan dengan membantu remaja sebagai calon pasangan suami-istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksinya secara bertanggungjawab.
"Pertama membantu mengarahkan menikah dalam usia ideal perkawinan, usia ideal melahirkan, jumlah ideal anak, serta jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi," ujar Nurhadi kepada wartawan, Selasa (28/9/2021).
Menurutnya, pendewasaan usia perkawinan bisa dilakukan lewat kampanye usia ideal menikah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki dan hal itu harus terus digalakkan.
"Ini menjadi salah satu substansi dalam lembinaan petahanan remaja," ujarnya.
Baca juga: Pre-wedding atau Prekonsepsi, Mana Yang Lebih Penting? Ini Kata Kepala BKKBN
Deputi bidang KSPK BKKBN Lalu Makripuddin mengatakan ada beberapa faktor penyebab terjadinya stunting. Hal itu disampaikan dalam kegiatan 'Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan Stakeholder dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga'.
Baca juga: Kepala BKKBN: Anemia pada Ibu Hamil Jadi Salah Satu Sumber Stunting
Salah satu faktor yakni praktik pengasuhan yang tidak baik, sehingga berakibat kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gizi, kurangnya bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
"Faktor kedua kurangnya akses ke makanan bergizi. Makanya 1 dan 3 ibu hamil di Indonesia masih mengalami anemia. Hal ini juga terjadi akibat makanan bergizi yang dianggap mahal," kata Lalu.
Baca juga: Covid-19 Serang Anak-Balita, Jokowi Tunjuk BKKBN Tangani Covid Ibu Hamil dan Anak
Faktor lain adalah terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC, post natal, dan pembelajaran dini yang berkualitas. "Dari data, 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai, menurunnya tingkat kehadiran anak di posyandu, dan tidak mendapatkan akses yang memadai ke layanan imunisasi," imbuhnya.
Kegiatan di Desa Deketagung, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini dihadiri oleh 150 peserta, yang terdiri dari 100 orang remaja dan 50 orang keluarga yang memiliki remaja. Mereka dibekali dengan berbagai materi edukasi dalam upaya pencegahan penurunan stunting.
Untuk materi umum dalam kegiatan tersebut, disampaikan oleh beberapa narasumber. Antara lain Nurhadi selaku anggota Komisi IX DPR RI; Tavip Agus Rayanto selaku Sekretaris Utama BKKBN dan Lalu Makripuddin selaku Deputi KSPK BKKBN.
Sedangkan materi khusus bagi 100 peserta Remaja disampaikan oleh beberapa fasilitator nasional dan provinsi dari unsur komunitas PIK Remaja dan Forum GenRe.
Materi disampaikan melalui simulasi workshop 'tentang kita' dengan metode pembagian kelompok berdasarkan segmentasi usia remaja yaitu kelompok peserta remaja yang berusia 15-19 tahun dan kelompok peserta remaja berusia 20-24 tahun.
Baca juga: 430 Ribu dari 1,6 Juta Bayi yang Lahir Alami Stunting
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.