Gubernur Lemhanas: Kalau Isu Komunisme Jadi Ritual Tahunan, Ini Patut Dicurigai Bermuatan Politis
Hal itu disampaikan Agus dalam dialog Kesaktian Pancasila dan Menjaga NKRI yang disiarkan kanal YouTube Radio Elshinta
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyoroti soal kembali munculnya isu komunisme setiap mendekati akhir bulan September, setiap tahunnya.
Menurut Agus, jika isu komunisme hadir dan menjadi ritual tahunan. Maka, hal itu dicurigai hal itu sebagai muatan politis kelompok tertentu atau individu.
Hal itu disampaikan Agus dalam dialog Kesaktian Pancasila dan Menjaga NKRI yang disiarkan kanal YouTube Radio Elshinta, Jumat (1/10/2021).
Baca juga: LDII Ingatkan Selain Komunisme Ada Ideologi Lain Berpotensi Runtuhkan Pancasila
"Kalau kembali menghadirkan sebagai ritual tahunan (isu komunisme), saya curiga bahwa ini mempunyai muatan politis," kata Agus.
Agus beralasan, bahwa tema komunisme sangat mudah membangun emosi suatu kelompok atau kelompok lainnya. Sehingga, tak dipungkiri jika isu itu akan dijadikan alat dalam menggalang emosi kelompok massa.
Ia mencontohkan, bagaimana kelompok salah satu agama yang percaya akan Tuhan. Sementara, komunisme yang atheis. Ini tentu akan menimbulkan konflik.
Baca juga: Survei Median: 46,4 Persen Masyarakat Percaya Isu Kebangkitan Komunisme di Indonesia
"Karena tema ini, tema yang mudah untuk membangunkan emosi. TNI AD yang memang mempunyai konflik terus menerus dengan komunis," jelasnya.
Sebelumnya, ramai isu soal bangkitanya paham komunisme/PKI menjalang peringatan G30S/PKI.
Baca juga: Survei SMRC: 47 Persen Warga Anggap Hubungan Bisnis Indonesia dan China Tidak Terkait Komunisme
Bahkan, mantan Panglima TNI (purn) Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut jika paham komunisme/PKI telah menyusup di tubuh TNI.
Tudingan itu kali ini diarahkan Gatot ke tubuh institusi TNI usai dirinya menemukan patung Jenderal Soeharto, Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie, dan Jenderal AH Nasution ‘menghilang’ dari Markas Kostrad tepatnya di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.