PDIP Yakin Tetap Jadi Penentu dalam Pemilu 2024
Politikus PDIP Andreas Hugo Pareira buka suara terkait hasil survei Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC).
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDIP Andreas Hugo Pareira buka suara terkait hasil survei Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC).
Berdasarkan hasil survei, pemilih PDIP cenderung menurun meskipun tetap berada di posisi puncak.
"Meskipun kali ini dari survei PDIP turun tapi masih berada pada posisi teratas dan distansinya dengan Partai Golkar yang nomor kedua masih cukup jauh," kata Hugo dalam diskusi usai penyampaian survei SMRC secara daring, Kamis (7/10/2021).
Hugo menyatakan optimistis kalau partai berlambang banteng moncong putih tersebut masih akan menjadi partai yang paling menentukan dalam ajang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Hal itu merujuk dari jabatan kepala negara yakni Presiden RI Joko Widodo yang merupakan punggawa dari PDIP.
"Karena juga hal lain yang harus kita lihat bahwa presiden inkumben sekarang adalah kader PDIP yang juga pasti akan ikut menentukan," bebernya.
Hal itu didasari dari segi tingkat keberhasilan Presiden Jokowi menangani situasi sekarang yakni pandemi Covid-19 terlebih menuju Pemilu 2024.
Baca juga: PKB Yakin Masuk Dua Besar di Pemilu 2024, Salip Golkar dan Gerindra
Lebih lanjut, Hugo juga meyakini adanya faktor dari kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga akan menentukan calon presiden selanjutnya.
"Faktor presiden sekarang akan ikut menentukan capres yang akan datang. Terutama dari performance politik yang ditampilkan selama proses ini, selama pemerintahan sekarang ini," katanya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Nasional Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) menyampaikan, hasil survei opini publik yang dilakukan pihak internalnya.
Dalam survei bertajuk 'Partai dan Calon Presiden: Kecenderungan Sikap Pemilih Menjelang 2024' ini menunjukkan kalau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi Partai Politik tertinggi yang memiliki jumlah pemilih.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, hasil tersebut didapati setelah pihaknya melayangkan pertanyaan kepada responden yang berbunyi Jika pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diadakan sekarang ini, partai atau calon dari partai mana yang akan Ibu/Bapak pilih?
Baca juga: Sekjen Gerindra Minta Penetapan Jadwal Pemilu 2024 Tidak Melalui Voting
Hasilnya kata dia, PDIP mendapatkan dukungan paling besar dengan persentase 22,1 persen disusul Golkar, PKB, Gerindra, Demokrat, PKS, dan Nasdem.
"PDIP mendapat dukungan terbesar, 22,1 persen, disusul Golkar 11,3 persen, PKB 10 persen, Gerindra 9,9 persen, Demokrat 8,6 persen, PKS 6 persen dan NasDem 4,2 persen.
Kendati begitu kata Deni, jika dilihat kecenderungannya setelah pemilu 2019 lalu, pemilih terhadap PDIP malah cenderung melemah, di mana angka tersebut berada pada angka 25,9 persen pada Maret 2020 menjadi 22,1 persen pada September 2021.
Demikian angka penurunan itu juga terjadi pada partai Gerindra, yang pada Maret 2020 mendapat angka 13,6 persen menjadi 9,9 persen pada September 2021.
Baca juga: Komisi II Minta Pemerintah Jamin Konsekuensi Jika Pencoblosan Pemilu Digelar 15 Mei 2024
Namun, untuk Partai Golkar, PKB, Demokrat, PKS dan NasDem mengalami kenaikan jumlah pemilih.
"Sebaliknya, kecenderungan kenaikan terlihat pada Golkar, dari 8,4% persen menjadi 11,3% pada periode yang sama. Kenaikan juga terlihat pada PKB, Demokrat, PKS, dan NasDem pada periode yang sama," tukasnya.
Sebagai informasi, populasi pada survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang memili hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1220 responden, dengan responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 981 atau 80 persen.
Adapun kurun waktu untuk keperluan wawancara di lapangan dilakukan pada 15 hingga 21 September 2021.
Margin of error (MoE) pada survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar kurang lebih 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check) dan dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.