PGRI: Banyak Masalah Dalam Implementasi Program Guru Penggerak
Wakil Sekjen PGRI Dudung Abdul Qodir mengatakan Program Guru Penggerak Kemendikbudristek memiliki masalah dalam pelaksanaannya.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekjen PGRI Dudung Abdul Qodir mengatakan Program Guru Penggerak Kemendikbudristek memiliki masalah dalam pelaksanaannya.
Masalah tersebut, menurut Dudung, mulai terjadi sejak proses pencalonan dengan rentang waktu yang cukup lama.
Dudung mengatakan proses pendidikan Guru Penggerak yang cukup lama berdampak kepada guru.
"Dimulai dari Guru Penggerak mulai proses pencalonan, itu rentangnya cukup panjang sekali. Dinyatakan lulus itu pendidikan workshop-nya hampir 9 bulan dan itu sangat menyita waktu, tenaga pikiran," ujar Dudung dalam webinar Ngopi Seksi, Minggu (24/10/2021).
Menurut Dudung, proses pendidikan yang lama membuat tugas pokok guru menjadi terabaikan.
Hal ini, kata Dudung, sangat menyita waktu para guru. Proses ini harus dilaksanakan oleh para guru demi menjadi Guru Penggerak.
"Sehingga banyak tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan guru, terabaikan. Untuk apa, untuk bisa dikategorikan lulus dari sekolah penggerak atau menjadi kepala sekolah penggerak atau guru penggerak. Cukup menyita waktu," ungkap Dudung.
Baca juga: Jadwal Terbaru Seleksi Penerimaan CPNS dan PPPK Nonguru 2021: Pelaksanaan SKB Tahap 1 15-28 November
Selain itu, kendala jaringan internet juga menjadi masalah yang dihadapi guru pada Program Guru Penggerak.
Meski dirinya mengakui sistem learning management system (LMS) yang diterapkan cukup baik.
"Kemudian LMS yang dibangun itu memang bagus, tetapi di daerah tertentu sulit jaringan. Sehingga saat mengerjakan tugas, kemudian dia mengupload jaringan tidak ada," ungkap Dudung.
Pola pembelajaran daring pada Program Guru Penggerak juga, menurut Dudung, tidak efektif untuk diterapkan.
"Pembelajaran daring itu menurut para ahli, efektif saja, para peserta menerima 50 persen sampai 60 persen itu sudah sangat bagus. Belum ketika mengikuti kegiatan jaringannya natnetnot kayak tadi. Bisa terjadi kesalahpahaman," tutur Dudung.
Selain tugas-tugas berat yang harus dilaksanakan oleh guru yang mengikuti Program Guru Penggerak.