Rehabilitasi Mangrove Dipercepat untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
asir mengatakan, meski ada beberapa kendala, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat warga untuk menyelesaikan penanaman mangrove.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia berkomitmen dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 dan 41 persen dengan bantuan internasional untuk mengatasi perubahan iklim.
Guna mendukung pemerintah dalam mencapai target kontribusi yang ditetapkan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove mempercepat rehabilitasi mangrove, salah satunya di Desa Kurau Barat, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung.
Bahkan, target penanaman mangrove seluas 10 hektare di Desa Kurau Barat sudah rampung dilakukan.
Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Gempa 01, Yasir mengatakan, meski ada beberapa kendala, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat warga untuk menyelesaikan penanaman mangrove.
“Kendala pertama itu adalah jarak, kondisi agak jauh dari tempat kita, sekitar hampir lima kilometer, jalanannya juga berlumpur. Selain itu mungkin dari kondisi cuaca, kalau lagi pasang tinggi ya kami berhenti, kalau sedang surut baru kami lanjut jalan,” ujar Yasir dalam keterangannya, Senin (25/10/2021).
Baca juga: Jokowi Tanam Mangrove Bersama Dubes dan Masyarakat di Tana Tidung
Menurutnya, warga di Desa Kurau Barat sudah mempunyai kesadaran yang tinggi dalam menjaga alam maupun menjaga ekosistem mangrove.
“Mangrove ini bukan hal mudah yang kalau ditanam itu langsung tumbuh, sehingga harus ada pemeliharaan. Misalnya saja di Bangka Tengah ini kan kerap ada pasang tinggi, diikuti adanya gelombang ombak, jadi kalau tanaman itu tidak dipelihara maka mereka tidak akan kuat atau mati,” paparnya.
Kepala Kelompok Kerja Hubungan Masyarakat BRGM, Didy Wurjanto menambahkan, kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilakukan di Bangka Tengah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), di mana BRGM secara langsung melibatkan masyarakat, sehingga bisa meningkatkan perekonomian.
Mayoritas kawasan yang akan direhabilitasi mangrove adalah bekas kegiatan tambang, sehingga perlu perlakuan khusus agar mangrove yg ditanam dapat berlangsung tumbuh secara berkelanjutan.
Selain meningkatkan perekonomian, kata Didy, kegiatan rehabilitasi ini mendukung visi Presiden Joko Widodo yang menargetkan rehabilitasi mangrove di seluruh Indonesia seluas 34.000 hektare.
"Juga untuk memenuhi komitmen Indonesia dalam Paris Agreement dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi di dunia," papar Didy.