Diinisiasi Indonesia, 3 Negara Kolaborasi Bikin Terobosan Sektor Kehutanan Atasi Perubahan Iklim
Ketiga negara kini berinisiatif menyamakan persepsi dan menyatukan sumber daya menuju gelaran Konferensi Perubahan Iklim COP26 UNFCCC
Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
Peta moratorium juga mencakup bentangan habitat yang signifikan untuk beberapa spesies unggulan seperti orangutan sumatera, harimau, gajah dan badak, serta spesies orangutan Tapanuli yang baru ditemukan.
Kemudian pada isu manajemen karhutla, Indonesia dengan bangga memamerkan pendekatan pengendalian karhutla terpadu yang telah berhasil mengurangi kebakaran hutan dan lahan hingga 82 persen.
Sementara pada saat yang sama beberapa wilayah di Amerika, Australia dan Eropa mengalami peningkatan signifikan kejadian karhutla. Indonesia juga berhasil menghindari apa yang disebut bencana ganda, yaitu kebakaran hutan yang menyebabkan asap terjadi secara paralel dengan wabah COVID-19, selama dua tahun pandemi (2020-2021).
"Indonesia juga terus fokus pada pekerjaan menakjubkan yang telah dilakukan terkait dengan perlindungan lahan gambut, yang bertujuan untuk mencegah dan menghindari kebakaran gambut."
"Brazil dapat memamerkan teknologi mutakhir untuk deteksi dan pencegahan kebakaran yang dimilikinya, sementara Kongo dapat berbagi pelajaran tentang inventarisasi hutan di antara isu-isu terkait lainnya," jelas Menteri Siti.
Menteri Siti juga menyatakan jika pengalaman Indonesia dalam menerapkan perhutanan sosial sangat bermanfaat, begitu pula dengan pengalaman Brazil dalam mengelola cagar alam ekstraktif dan wilayah adatnya.
Tidak diragukan lagi, Kongo juga memiliki pengalaman uniknya sendiri yang dapat dibagikan dan yang dapat kita semua pelajari.
Sementara dalam isu pengelolaan dana iklim, dari diskusi Menteri Siti dengan Menteri Lingkungan Hidup Brazil, kedua negara telah mendapat banyak pengalaman dari kerjasama-kerjasama yang telah terjadi sebelumnya.
Indonesia akan mengambil manfaat dari pengalaman Brasil dengan Dana Amazon yang digunakan untuk mengelola keuangan iklim skala besar.
Kemudian juga dalam isu pertanian berkelanjutan. Indonesia juga dapat mengambil manfaat dari pengalaman Brasil dalam penerapan rencana 'pertanian rendah karbon', serta teknik pertanian baru yang mendukung jutaan petani skala kecil & menengah, juga pada isu administrasi pertanahan berkelanjutan.
Indonesia juga akan manfaatkan pengalaman Brazil dalam mengembangkan 'Environmental Registry' untuk mendorong pengelolaan lahan pribadi yang berkelanjutan, serta pengalaman Indonesia sendiri dalam mengelola daerah untuk penggunaan lahan alternatif untuk tujuan keberlanjutan.
"Pengalaman-pengalaman serupa dari Kongo tentu akan sangat menarik dan berguna juga untuk dapat saling dipelajari," imbuh Menteri Siti.
Yang tak kalah penting yaitu pada isu keanekaragaman hayati dan bioprospeksi.
Negara-negara IBC tentu sangat kaya akan keanekaragaman hayati dan spesies unggulan, khususnya bioprospeksi sangat penting, tentunya ini perlu perhatian khusus agar dapat diangkat menjadi aksi-aksi iklim yang bermanfaat global.