Survei Indikator Politik: Gen Z dan Milenial Sangat Khawatir Masalah Korupsi dan Lingkungan
Mayoritas anak muda sangat khawatir terhadap masalah korupsi dan kerusakan lingkungan.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mayoritas anak muda sangat khawatir terhadap masalah korupsi dan kerusakan lingkungan.
Hal itu terpotret dalam temuan survei Indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah, bertajuk 'Persepsi Pemilih Muda dan Pemula (Gen Z dan Milenial) atas Permasalahan Krisis Iklim di Indonesia' yang dirilis pada Rabu (27/10/2021).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, ada 64 persen anak muda yang sangat khawatir masalah korupsi, agak khawatir 21 persen, dan sedikit khawatir 8 persen.
Sementara itu, yang sangat khawatir terhadap kerusakan lingkungan 52 persen, agak khawatir 30 persen, dan sedikit khawatir 13 persen.
"Korupsi memang menempati posisi paling tinggi sangat khawatir, tapi isu kerusakan lingkungan itu juga mendapatkan kepedulian perhatian kalangan anak muda yang sangat besar," kata Burhanuddin.
Selanjutnya, pada urutan ketiga ada isu kesehatan 43 persen, isu polusi 42 persen, lunturnya nilai dan budaya tradisional 36 persen, isu pekerjaan 36 persen.
Baca juga: Menteri LHK: Generasi Muda Punya Peran Penting sebagai Agen Perubahan Lingkungan
Kemudian, isu perubahan iklim 34 persen, isu radikalisme Islam dalam politik 32 persen, polarisasi politik 31 persen, isu HAM 29 persen, isu keamanan pribadi 28 persen, kebebasannya berekspresi 23 persen, hubungan antara ras/etnis 17 persen.
Atas dasar itu, Burhanuddin menilai para pembuat kebijakan atau policy maker dalam hal ini para politikus sedianya menangkap kekhawatiran Gen Z dan Millenial tentang isu korupsi dan kerusakan lingkungan yang paling tinggi tersebut.
"Karena ada perubahan demografi kita dan itu punya efek terkait dengan sikap terhadap isu-isu penting di mata anak muda," ujarnya.
Survei kolaborasi antara Indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah ini digelar pada medio 9-16 September 2021.
Survei menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 4.020 responden dari 34 provinsi di Indonesia yang berusia 17-35 tahun, dengan toleransi kesalahan (margin of eror-MoE) sekitar kurang lebih 2.7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Turut hadir dalam acara tersebut yakni Pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, Anggota Komisi VII DPR RI fraksi Golkar Dyah Roro Esti.
Kemudian, Walikota Bogor Bhima Arya, Politikus PDIP Putra Nababan, dan Politikus Partai Gerindra Rahayu Saraswati.