Dampak Negatif La Nina di Sektor Pertanian, Perikanan hingga Masalah Kesehatan
Fenomena La Nina tak hanya berdampak pada cuaca yang bisa menyebabkan bencana hidrometeorologi, tapi juga berdampak di sektor pertanian dan perikanan.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Fenomena La Nina tidak hanya berdampak pada cuaca yang bisa menyebabkan timbulnya bencana hidrometeorologi.
La Nina juga akan berdampak langsung pada sektor pertanian dan perikanan.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan peringatan dini untuk waspada terhadap datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.
Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang menjadi La Nina yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022.
BMKG meminta agar peringatan dini tentang kemunculan La Nina tidak disepelekan begitu saja.
Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, BNPB Tekankan Aspek Mitigasi dan Kesiapsiagaan Daerah
Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, Kementerian PUPR Segera Kosongkan 200 Lebih Bendungan di Indonesia
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan peringatan dini yang disampaikan bukanlah untuk menakut-nakuti masyarakat.
"Peringatan dini yang dikeluarkan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan jeda waktu yang bisa dimanfaatkan utnuk mempersiapkan segala sesuatunya, mengingat fenomena cuaca dan iklim bisa diprakirakan," ujar Dwikorita, dilansir laman BMKG.
Ancaman La Nina berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.
Dwikorita meminta Pemerintah Daerah serius menanggapi peringatan dini La Nina yang dikeluarkan BMKG guna meminimalisir dampak dan kerugian yang lebih besar.
Dalam kesempatan terpisah, Dwikorita menyampaikan La Nina juga berdampak langsung pada sektor pertanian dan perikanan.
Baca juga: Ini Langkah Kemenhub Mengantisipasi Fenomena La Nina
Dampak Sektor Pertanian
Di sektor pertanian, La Nina menyebabkan kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya kerusakan tanaman dan lahan akibat banjir yang muncul dari curah hujan tinggi.
Selain itu, juga mengakibatkan meningkatnya kelembapan udara dan munculnya organisme pengganggu tanaman (OPT).
"Pasca panen, curah hujan yang tinggi akan mengurangi kualitas hasil panen karena kadar air yang meningkat," terang Kepala BMKG saat webinar Antisipasi Iklim Ekstrim Sebagai Dampak La Nina Melalui Sekolah Lapang, Kamis (28/10/2021).
Masyarakat yang beraktivitas pada sektor pertanian diharapkan mencermati dan mengantisipasi potensi dampak curah hujan tinggi pada lahan pertanian yang menyebabkan gagal panen akibat banjir dan peningkatan serangan organisme penganggu tanaman.
Sektor Perikanan
Sementara itu, di sektor perikanan, La Nina menyebabkan para nelayan harus lebih waspada saat melaut.
Kondisi ini mengakibatkan pasokan ikan dapat berkurang.
"Keselamatan nelayan menjadi prioritas utama melalui pemanfaatan informasi cuaca maritim yang terupdate," ujar dia.
Masyarakat yang beraktivitas di wilayah pesisir dan laut diharapkan mencermati dan mengantisipasi potensi dampak cuaca ekstrim , gelombang tinggi dan banjir pesisir yang mengancam keselamatan hasil tangkapan dan produktivitas budidaya pesisir.
Dampak Kesehatan
Sementara menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dampak La Nina juga berpengaruh terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan yang meningkat seiring dengan tingginya potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Banyaknya penyakit-penyakit menular water-borne disease (penyakit yang terbawa air) seperti, diare, demam tipus, kolera,disentri, leptospirosis, dan hepatitis A perlu diwaspadai terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir.
Sementara dampak dari La Nina terhadap nelayan adalah berkurangnya tangkapan ikan yang dikarenakan kurangnya kandungan klorofil-a yang merupakan makanan ikan di lautan.
Dampaknya bagi petani, negatifnya adalah banjir yang mengancam persawahan dan kebun, dan positifnya adalah kondisi pengairan pada lahan pertanian akan tetap basah dikarenakan hujan tetap turun meskipun pada musim kemarau.
Baca juga: BMKG Minta Peringatan Dini Tentang La Nina Tak Dianggap Sepele: Bukan untuk Menakut-nakuti
Apa Itu La Nina?
Dilansir laman BMKG, La Nina merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya curah hujan di Indonesia.
Ketika La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Catatan BMKG, menunjukkan La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya.
Namun demikian, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.
Masyarakat diimbau agar selalu mengupdate informasi terkait cuaca secara berkala yang dikeluarkan oleh BMKG via media informasi yang telah disiapkan.
(Tribunnews.com/Tio)