Rizal Ramli: Mural Bagian dari Ekspresi Kegelisahan Rakyat yang Harus Direspon Pemerintah
Tokoh nasional Rizal Ramli mengapresiasi hasil karya seni mural kolaborasi 10 seniman jalanan (street artist) bertajuk 'ON & OFF PRESSURE'.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh nasional Rizal Ramli mengapresiasi hasil karya seni mural kolaborasi 10 seniman jalanan (street artist) bertajuk 'ON & OFF PRESSURE'.
Lukisan itu terpampang di atas tembok dengan total luas 1.500 meter persegi yang tersebar di tujuh titik di perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten.
Saat menyusuri beberapa mural, langkah Rizal Ramli terhenti pada lukisan seorang perempuan renta yang tengah memikul barang dagangannya.
Ternyata, yang membuat Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid itu terkesima dengan gambar tersebut, karena disertai grafiti yang bertuliskan 'Bagaimana Tega Kalian Mencuri Uang Kami?'.
"Mural seorang perempuan renta yang memikul barang dagangan disertai tulisan 'bagaimana tega kalian mencuri uang kami?' adalah suatu fakta bahwa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat kecil masih menjadi sebuah mimpi dan jauh dari harapan," tutur Rizal Ramli, Selasa (9/11/2021).
Ironisnya, sambung Rizal Ramli, ada segelintir pejabat sekarang ini yang seolah tak punya rasa malu memanfaatkan kapasitasnya untuk mencari untung di tengah kesusahan masyarakat yang mengalami dampak pandemi Covid-19.
Baca juga: Apresiasi Festival Mural, Ketua Komisi III DPR Dukung Kapolri Jamin Kebebasan Berekspresi
"Ekonomi masyarakat sedang susah akibat pandemi Covid-19, kok tega-teganya ada pejabat yang mencari untung dari bisnis PCR. Padahal sebelumnya ada juga pejabat yang tersandung korupsi bansos," sesal Rizal Ramli yang juga mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB itu.
Pada kesempatan yang sama, kurator acara, Bambang Asrini, mengatakan, di bulan Juli hingga September 2021, seni mural sempat kembali distigma sebagai aksi 'vandalisme'. Karya-karya itu juga sempat disampirkan dalam isu politik yang kental.
Maka, helatan acara ini ingin menyampaikan pesan bersama bahwa seni jalanan hadir secara majemuk, merdeka dan memang sebagai jedah atas intervensi seni di ruang-ruang publik yang setara.
"Seniman street art ini niscaya terhubung dengan isu apapun, dari pengalaman personal yang abstrak, politik, lingkungan hidup, keadilan sosial, popularitas dalam kehidupan urban dan konsumerisme (isu urban life) sampai kusutnya kehidupan kota besar dalam ruang kesetaraan warga," kata Bambang.
Menurut Bambang, tak ada tekanan apapun bagi seniman-seniman ini untuk bebas berkarya dan memilih konten ekspresi estetik mereka.
Baca juga: Ekonom Senior Rizal Ramli Dapat Dukungan Maju Jadi Capres 2024
Tajuk kuratorial ON/OFF PRESSURE secara personal adalah undangan kemajemukan bagi seniman yang bisa ditafsirkan tentang pergumulan atas 'tekanan' tatkala aksi-aksi di jalanan dihadapi dalam sejarah personal atau kelompok-kelompok/kolektif seni mereka.
“Tekanan-tekanan itu dalam artian positif pun negatif, sejatinya adalah akumulasi energi untuk selalu menyala dalam diri seniman jalanan. Sementara, ruang publik adalah hadirnya keniscayaan berbagai tekanan yang bisa jadi sangat personal dialami dalam kerja-kerja seni mereka. ON/OFF Pressure selalu dan akan tetap ada sepanjang hayat menyelimuti aksi dan kreasi seniman jalanan tersebut,” tegas Bambang.
Sebagaimana diketahui, L Project menyelenggarakan pameran ON & OFF PRESSURE pada 8-9 November 2021 di Kawasan perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.