BRIN: Riset dan Inovasi Harus Jadi Pilar Utama Indonesia
Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito mengatakan seharusnya riset dan inovasi menjadi pilar utama bagi Indonesia.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito mengatakan seharusnya riset dan inovasi menjadi pilar utama bagi Indonesia.
Meski begitu, Mego mengungkapkan hal tersebut belum terwujud.
"Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, termasuk kalangan industri. Bagaimana mengubah pandangan tentang pentingnya riset untuk kemajuan bangsa," ujar Mego melalui keterangan tertulis, Kamis (11/11/2021).
Mego mengatakan sektor industri memiliki peran besar dalam pengembangan dunia riset.
Sehingga, industri yang akan memproduksi massal hasil temuan para inventor dan pemerintah menjadi fasilitator dalam pendekatan triple helix tersebut.
Saat ini, lanjut Mego, hampir 80 persen hasil riset yang dikembangkan para peneliti di Indonesia berasal dari dana pemerintah.
Baca juga: BRIN: Dunia Industri Harus Berperan Dalam Pengembangan Riset di Indonesia
Nantinya kami ingin, kondisinya berbalik menjadi 20 persen pemerintah, sisanya 80 persen oleh pihak swasta.
"Hal itu yang kini sedang terjadi di negara seperti Jepang, Korea atau China. Pengembangan produk inovasi dilakukan pihak swasta dengan dananya sendiri. Di masa depan," ungkap Mego.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Didiek Hadjar Goenadi menyebut menciptakan inovasi bukanlah hal yang mudah dan murah.
Prosesnya memiliki risiko dan biaya tinggi, yang mencakup perubahan struktural terkait restrukturisasi keseluruhan ekonomi.
"Kehadiran BRIN menjadi angin segar bagi inventor di Indonesia, apalagi tadi disebutkan ada insentif bagi inventor untuk invensi yang akan diproduksi massal," kata Goenadi.
Baca juga: Huawei dan BRIN Jajaki Pengembangan Riset dan Inovasi Besama
Pemberian insentif bagi inventor, lanjut Prof Goenadi sebenarnya telah menjadi pembahasan AII sejak organisasi tersebut didirikan 20 tahun lalu.
Namun, kebijakan tersebut tidak pernah bisa dilakukan, hingga BRIN mengeluarkan kebijakan tersebut.
"Semoga BRIN konsisten atas kebijakannya. Karena pengembangan riset itu untuk kepentingan dunia dan bangsa. Insentif bagi inventor penting, karena penciptaan inovasi membutuhkan banyak pengorbanan," kata Goenadi.
Baca juga: Dilantik Jokowi Jadi Ketua Dewan Pengarah BRIN, Megawati: Kenapa Kok Saya Lagi?
Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman mendukung kegiatan AII dalam menjembatani hilirisasi riset kelapa sawit yang didanai oleh BPDPKS via program Grand Riset Sawit (GRS) sejak 2015.
"BPDPKS juga memiliki komitmen tinggi dalam mendorong kemajuan industri kelapa sawit nasional melalui penciptaan teknologi yang langsung dapat diaplikasikan ke industri dan petani," ucap Eddy.
Saat ini BPDPKS sedang bekerjasama dengan AII untuk memvaluasi teknologi hasil riset GRS tahun 2015-2020 yang siap dikomersialisasikan.