Asal-usul Wayang Kulit sebagai Warisan Budaya Indonesia, Masuk Daftar Warisan Budaya UNESCO 2003
Inilah asal usul wayang kulit sebagai Warisan Budaya Indonesia yang masuk daftar Warisan Budaya UNESCO 2003, contoh Epos terkenal adalah Ramayana.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
Pertunjukkan wayang kemudian berkembang menjadi beberapa jenis berdasarkan wayang, di antaranya wayang kulit, wayang wong, dan wayang golek.
Baca juga: Sekilas Tentang Werkudara, Wayang yang Mengiringi Jenazah Ki Manteb Soedharsono ke Pusara
Wayang Kulit
Dilansir Indonesiakaya.com, wayang kulit berasal dari kulit kerbau.
Catatan tertua tentang sejarah wayang kulit atau wayang purwa tercantum dalam Prasasti Kuti bertarikh 840 M dari Joho, Sidoarjo, Jawa Timur.
Prasasti ini menyebut kata haringgit atau dalang.
Menurut Timbul Haryono, guru besar arkeologi Universitas Gadjah Mada, “Haringgit" adalah bentuk halus dari kata ringgit.
Istilah "Haringgit" masih ada dalam bahasa Jawa, yang berarti "wayang”.
Pertunjukkan wayang awalnya digelar di lingkungan istana, biasanya untuk memperingati acara tertentu.
Bukti sejarah tentang adanya wayang kulit terdapat pada Prasasti Wukajani dari zaman pemerintahan Raja Mataram bernama Dyah Balitung (907 M).
Prasasti Wukajani menyebut "Mawayang bwat hyang" atau pertunjukan wayang dengan lakon Bima Kumara.
Kisah tersebut merupakan bagian dari epic Mahabharata yang bertutur tentang kegilaan Kicaka pada Drupadi.
Selain itu, keterangan tentang wayang kulit juga dapat ditemukan pada relief di candi-candi Jawa Timur abad ke-10 seperti Candi Surawana, Candi Jago, Candi Tigawangi, dan Candi Panataran.
Adanya relief wayang pada candi-candi dari berbagai dearah di Indonesia menunjukkan kesenian wayang kulit telah menyebar.
Pada periode Kesultanan Islam, pertunjukkan wayang kulit dapat ditonton oleh seluruh kalangan rakyat, bukan lagi terbatas pada lingkungan istana.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Wayang