Jenderal Andika Dilantik Jadi Panglima TNI, Pengamat Sebut Interoperabilitas dan Laut Natuna Jadi PR
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati membeberkan sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dikerjakan ke depan.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
Kualitas prajurit TNI, kata dia, juga harus mulai dibangun agar unggul dibandingkan dengan prajurit negara-negara lain.
Terlebih, kata Nuning, kini tak dapat dihindari adanya perang Siber.
Untuk itu, menurutnya kualitas prajurit harus ditingkatkan sejalan dengan era Revolusi Industri 4.0.
Selain itu, proses pendidikan dan latihan di lingkungan TNI harus memanfaatkan teknologi informasi dan digitalisasi agar diperoleh keuntungan organisasi pendidikan berupa efisiensi.
Menurutnya, hal tersebut penting untuk interoperabilitas komunikasi TNI dan pihak lain.
Baca juga: Resmi Letakkan Jabatan Panglima TNI, Hadi Tjahjanto Sampaikan Salam Perpisahan, Ini Isinya
"Keuntungan lain adalah pengajaran kepada peserta didik atas pemanfaatan teknologi informasi dan digitalusasi dalam penugasan selanjutnya di Kotama Operasional dan/atau Kotama Pembinaan. Munculnya Serangan Siber Kognitif juga penting diatensi," kata dia.
Serangan siber kognitif, menurutnya adalah jenis serangan psikologis yang banyak tidak disadari oleh banyak pihak dan hanya dapat dilihat dan dirasakan akibatnya.
Ia mengatakan hal tersebut adalah bentuk peperangan yang tidak memerlukan persenjataan konvensional namun dampaknya bisa menyerupai dampak peperangan konvensional sebagai mana yang telah banyak disaksikan di televisi beberapa tahun belakangan ini.
"Maraknya perang kognitif dan perang persepsi juga membutuhkan penanganan dengan methode yang tepat, agar tak menyebabkan disintegrasi bangsa," kata Nunin.
Selain itu, kata dia, kualitas prajurit TNI juga harus ditingkatkan untuk mengawaki teknologi militer terkini, seperti pemanfaatan Unmanned System baik berupa robot maupun artificial intelligent, dan cyber defense.
Para prajurit TNI, menurut Nuning harus mulai dipersiapkan mampu berinteraksi dengan sesama prajurit yang asalnya 100% manusia, 50% robot, dan bahkan yang berasal dari 100% robot.
"Oleh sebab itu sangat penting bagi TNI untuk merekrut para pemuda dan pemudi yang memiliki intelejensi tinggi," kata dia.
Menurut Nuning, pada prinsipnya pembenahan Alutsista sebelum MEF ditujukan untuk efisiensi.
Sedangkan pembenahan Alutsista setelah MEF, kata dia, ditujukan untuk optimalisasi (efektif dan efisien).