Bibit Siklon Tropis 90S Terpantau di Selatan Jawa Barat, BMKG Ingatkan Dampak Cuaca di Indonesia
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi munculnya Bibit Siklon Tropis 90S di selatan Jawa Barat.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi munculnya Bibit Siklon Tropis 90S di selatan Jawa Barat.
BMKG menginformasikan, Bibit Siklon Tropis terpantau berada di Samudra Hindia selatan Jawa Barat, tepatnya di koordinat 11,0 derajat Lintang Selatan dan 105,6 derajat Bujur Timur.
Pada Minggu (21/11/2021) kemarin, Bibit Siklon Tropis tersebut bertekanan minimum 1000 mb dengan kecepatan angin maksimum mencapai 20 knot.
BMKG mengingatkan adanya peningkatan intensitas bibit siklon tersebut dan pergerakannya mengarah ke tenggara - selatan.
Baca juga: BMKG Memprediksi Fenomena La Nina Terjadi Menjelang Akhir Tahun hingga Februari 2022
Baca juga: BMKG: Fenomena La Nina Membuat Uap Air Bertambah 20-100 Persen
Dampak tidak langsung dari adanya Bibit Siklon Tropis ini yakni hujan sedang hingga lebat di wilayah Indonesia.
Terutama di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah bagian selatan, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Bibit Siklon tersebut juga dapat menimbulkan gelombang laut tinggi hingga mencapai 4 meter di Samudra Hindia barat Lampung hingga selatan Jawa Tengah.
"Potensi untuk menjadi Siklon Tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori RENDAH - SEDANG," ungkap BMKG dalam unggahan Instagram, Minggu (21/11/2021).
Baca juga: Dampak Negatif La Nina di Sektor Pertanian, Perikanan hingga Masalah Kesehatan
Baca juga: Daftar 10 Siklon Tropis yang Dicatat BMKG Pernah Melanda Indonesia, Seroja Terbaru
Peringatan La Nina
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan peringatan dini untuk waspada terhadap datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.
Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang menjadi La Nina yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022.
BMKG meminta agar peringatan dini tentang kemunculan La Nina tidak disepelekan begitu saja.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan peringatan dini yang disampaikan bukanlah untuk menakut-nakuti masyarakat.
"Peringatan dini yang dikeluarkan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan jeda waktu yang bisa dimanfaatkan utnuk mempersiapkan segala sesuatunya, mengingat fenomena cuaca dan iklim bisa diprakirakan," ujar Dwikorita, dilansir laman BMKG.
Ancaman La Nina berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.
Dwikorita meminta pemerintah daerah serius menanggapi peringatan dini La Nina yang dikeluarkan BMKG guna meminimalisir dampak dan kerugian yang lebih besar.
(Tribunnews.com/Tio)