Tuai Kontroversi, Wacana MUI Bentuk Cyber Army untuk Bela Anies Baswedan Dinilai Bukan Urusan MUI
Pengamat Adi Prayitno tanggapi soal MUI akan buat tim siber untuk bantu bela Anies Baswedan, sebut itu bukan urusan MUI
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, turut memberikan pandangannya mengenai kabar Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang akan membentuk Cyber Army untuk membela ulama dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dari serangan buzzer.
Wacana pembentukan Cyber Army oleh MUI ini menuai kontroversi di kalangan masyarakat.
Pembelaan MUI untuk pejabat politik inilah yang kemudian memicu polemik, karena dikhawatirkan akan menjerat MUI masuk ke ranah politik.
Sehingga, dikhawatirkan munculnya penilaian MUI dapat ditunggangi kepentingan politik.
"Ya itu yang kemudian publik, termasuk saya, tidak habis pikir."
"Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba MUI Jakarta itu ingin membuat cyber yang ingin melindungi ulama dan Anies Baswedan."
Baca juga: Tak Hanya Permasalahan Terorisme, MUI Minta Pemerintah Fokus Berantas KKN Sampai ke Akarnya
"Kalau melindungi ulama, kita kira tidak ada perdebatan apapun, karena MUI adalah organisasi ulama."
"Tapi, ketika bicara ingin melindungi Anies Baswedan dari buzzer, itu kan menjadi penting (untuk dipertanyakan)," kata Adi dalam wawancara online yang disiarkan Metro TV, Senin (22/11/2021).
Menurut Adi, MUI seharusnya menyampaikan persoalan yang lebih berguna untuk masyarakat luas.
Jika ingin berbicara politik, MUI seharusnya menyampaikan bagaimana tindakan dan akhlak baik yang harus dimiliki para elit.
"Kenapa tiba-tiba MUI berbicara tentang politik, kenapa tiba-tiba bicara tentang Anies ini sukses ataupun tidak dan untuk disampaikan ke publik."
"Mestinya yang disampaikan MUI ke publik itu adalah bagaimana menjaga akhlak politik itu ya, para elit-elit itu dengan imbauan-imbauan dan fatwanya."
"(Atau) bagaimana di Jakarta misalnya membentengi fenomena muslim tanpa masjid."
"Apalagi sekarang banyak orang yang belajar agama melalui medsos. Sehingga (kemungkinan) pemahaman keagamaan mereka agak sedikit melenceng dari paham-paham keagamaan yang moderat dan lurus."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.