Hari AIDS Sedunia, UNAIDS Soroti Minimnya Akses Pengobatan di Indonesia
Pandemi Covid-19 disebut semakin memperparah upaya pencegahan, tes, maupun pengobatan HIV/AIDS.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Willem Jonata
Sebab hingga September 2021, dari 378 ribu orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia, baru 149 ribu yang mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dan 48 ribu ODHIV alami supresi viral load.
Berkenaan dengan ini, UNAIDS menyebut ada lima elemen penting yang perlu diaplikasikan atas respons terhadap HIV dan pandemi Covid-19.
Meliputi respons yang dipimpin komunitas, akses yang setara terhadap obat dan teknologi kesehatan, dukungan terhadap garda terdepan, respons yang berbasis hak asasi manusia, serta sistem data yang dapat mendeteksi ketimpangan.
Laporan UNAIDS menunjukkan bahwa negara yang punya hasil terbaik dalam respons HIV, adalah negara yang melibatkan komunitas dan memiliki sistem kesehatan yang kuat dan inklusif.
Sedangkan wilayah dengan kesenjangan sumber daya, memiliki pendekatan hukum yang punitif, dan tidak menggunakan pendekatan berbasis hak untuk kesehatan, akan bernasib buruk.
"Kita sadar bahwa tindakan yang kita perlukan untuk mengakhiri AIDS juga akan membantu kita menghentikan pandemi masa depan," tegas Krittayawan.
"Kita harus bekerja sama untuk menerjemahkannya ke dalam komitmen nasional dan aksi lokal. Jika sukses, hasilnya akan kita dapatkan dalam hal kesehatan, pembangunan manusia, serta ekonomi," sambung dia.
Sementara, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa pandemi Covid-19 tak boleh meluputkan perhatian atas isu HIV/AIDS.
"Tentunya di tengah pandemi COVID-19 saat ini, isu HIV AIDS tidak boleh luput dari perhatian sehingga capaian Indonesia akan lebih baik lagi," ujar Nadia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.