Pemuda dalam Perspektif Geopolitik Indonesia, Dimas Oky: Tiga Hal Ini Harus Disiapkan
Dimas Oky Nugroho memaparkan, posisi Indonesia dengan potensi ekonomi, sumber daya alam dan aspek sosial strategisnya
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho memaparkan, posisi Indonesia dengan potensi ekonomi, sumber daya alam dan aspek sosial strategisnya tidak akan bisa lepas dari dinamika politik kawasan dalam hubungannya dengan kepentingan negara-negara besar.
Agar bisa berdaulat secara politik dan ekonomi, Indonesia perlu membangun kekuatan yang fundamental.
Hal tersebut utamanya dengan menyiapkan sumber daya manusia dan kapasitas pemudanya sebagai pemimpin-pemimpin masa depan.
"Pertama, kompetensi pemuda harus disiapkan untuk menyambut era disrupsi baik di bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Yakni melalui edukasi, pemberdayaan dan pendampingan sosial ekonomi. Semisal, pemerataan akses pendidikan, penguatan skill teknologi terbarukan dan entrepreneurship," kata alumnus program doktoral University of South Wales Sydney ini di hadapan puluhan peserta Latihan Kepemimpinan Nasional PP IPNU, Rabu (8/12/2021).
Mantan Staf Khusus Kantor Kepresidenan ini menjelaskan, kondisi geopolitik kawasan Indonesia secara historis selalu dihadapkan pada berbagai persilangan kepentingan negara-negara besar.
Baik melalui aspek politik, keamanan maupun ekonomi.
Situasi yang demikian harus direspon oleh negara dengan mempersiapkan kesadaran anak-anak bangsa sehingga mampu memahami potensi, cerdas menghadapi situasi yang berkembang, dan memimpin transformasi zaman.
Baca juga: Hari Antikorupsi Sedunia 2021, Komisi III DPR Minta KPK Utamakan Aspek Pencegahan
"Agar Indonesia tidak hanya jadi penonton, bukan hanya pasar, baik pasar komoditi ekonomi maupun ideologi. Tapi, menjadi pemain utama, subjek penentu politik dan ekonomi tak hanya di negeri sendiri, tapi juga di kawasan sekitarnya yang luar biasa," ujar Dimas.
Kedua, sambung Dimas, kompetensi yang dimiliki tersebut harus dilandasi integritas. Secerdas dan selihai apapun, jika tidak memiliki integritas, kejujuran dan ketangguhan dalam perjuangan akan tumbang oleh berbagai godaan ujian di depan.
“Pertarungan geopolitik ini sesungguhnya bukan hanya pertarungan kekuatan dan strategi, tapi yang lebih menentukan adalah kekuatan mental, karakter dan integritas setiap bangsa dalam menghadapi tekanan dan kesempatan," ujar peraih gelar master bidang politik internasional dari University of Glasgow, Inggris ini.
Terakhir, pria yang akrab disapa DON ini menyebut bahwa aspek loyalitas amat penting di tengah situasi politik dalam dan luar negeri yang demikian.
"Nasionalisme adalah bentuk konkret loyalitas tersebut. Memahami sejarah, visi dan nilai-nilai perjuangan yang membentuk kebersamaan bangsa ini. Bahwa kita berjuang untuk mengabdi pada kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa. Kita bisa menjelajah ke manapun, tapi tahu untuk apa kita berjuang, nilai-nilai kebaikan apa yang memotivasikan kita dan akan ke mana kita kembali. Bahwa apa yang kita perjuangkan ini adalah untuk kemaslahatan Indonesia. Dengan bekal loyalitas pada the highest virtue ke-Indonesia-an tersebut, saya yakin kalian akan dapat menjadi generasi yang pemenang mewujudkan kejayaan Indonesia baik secara nasional maupun global," paparnya.