Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

M Qodari Ungkap 3 Alasan Mendesak Mengapa Pemerintah Harus Tetap Menerapkan PPKM Level 3

Ada tiga alasan mendesak mengapa pemerintah harus tetap menerapkan kebijakan PPKM Level 3.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dewi Agustina
zoom-in M Qodari Ungkap 3 Alasan Mendesak Mengapa Pemerintah Harus Tetap Menerapkan PPKM Level 3
Tribunnews/JEPRIMA
Calon penumpang menunggu jadwal keberangkatan pesawat di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (7/12/2021). Pemerintah batal menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di seluruh wilayah Indonesia pada musim libur Natal dan tahun baru (Nataru). kebijakan itu didukung oleh vaksinasi Covid-19 dosis pertama di Jawa-Bali yang sudah mencapai 76 persen. Sementara itu, vaksinasi Covid-19 dosis kedua telah mendekati 56 persen. Tribunnews/Jeprima 

Ketiga, lanjut Qodari, pada saat ini telah ditemukan varian baru bernama Omicron yang sudah ditemukan di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Satu di antara ciri dari virus baru ini ialah memiliki daya infeksi yang tinggi.

Walaupun Omicron belum masuk ke Indonesia, Qodari mewanti-wanti jangan sampai virus Omicron ini menjadi bom waktu yang ledakan kasusnya seperti varian Delta.

Sebab, diduga varian baru virus corona Omicron dilaporkan empat kali lebih mudah menular pada tahap awal dibandingkan varian Delta.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga secara resmi memasukkan Omicron menjadi variant of concern atau VOC (varian yang mengkhawatirkan).

Omicron dilaporkan memiliki lebih banyak strain atau mutasi dibandingkan varian Alpha, Beta dan Delta dan dianggap sangat menular.

Tercatat, ada 32 mutasi protein lonjakan yang dibawa varian itu.

Berita Rekomendasi

"Kita harus antisipatif. Walaupun belum ditemukan pasien yang genomnya Omicron tapi anggap saja sudah ada di masyarakat kita. Omicron ini kan salah satu cirinya berdaya infeksi tinggi, jadi nanti jangan sampai terjadi ledakan kasus seperti Delta," ujarnya.

Pemerintah, kata Qodari lebih baik jangan mengambil risiko dengan pencabutan PPKM level 3 ini, sebab virus Covid-19 yang melanda dunia belum sepenuhnya dipahami perilaku dan karakteristiknya.

"Apalagi yang namanya virus ini kita tidak sepenuhnya memahami perilakunya dan karakteristiknya, jadi kita lebih baik jangan ambil risiko," ucapnya.

Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyampaikan bahwa tingginya antibodi yang mungkin dimiliki kebanyakan masyarakat saat ini bukan berarti akan bertahan selamanya.

Baca juga: PPKM Dibatalkan, Pakar Epidemiologi Sebut Sudah Tepat Tapi Harus Ikuti Beberapa Hal Ini

"Saya khawatirkan dan apalagi kalau bicara survei serologi itu bukan berarti, 'Oh kita sudah kebal' enggak begitu. Kalau bicara survei serologi itu kita akan melihat kalau ditujukan pada yang belum vaksin kita tahu ada yang sudah terinfeksi, tapi itu tidak long lasting, tidak bertahan lama imunitas," kata Dicky.

Menurutnya, kekebalan yang didapat dari vaksinasi maupun infeksi alamiah hanya bertahan atau optimal selama 4-7 bulan, tergantung kondisi setiap orang.

Dicky khawatir dengan adanya hasil survei ini nanti akan membuat masyarakat malah menjadi abai dalam menjalankan protokol kesehatan lantaran merasa sudah aman.

Apalagi dengan kemunculan varian Omicron yang saat ini masih dalam pemantauan pada ahli.

"Namun kita tau bahwa sekali lagi berbasis riset ini tidak akan bertahan lama apalagi ancaman Omicron," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas