Lestarikan Warisan Nusantara, Perusahaan ini Bangun Pusat Riset dan Museum Jamu di Semarang
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai pihak tidak kunjung henti mengembangkan potensi dari berbagai jenis tanaman obat asli Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM – Tanaman obat adalah salah satu kekayaan alam Indonesia yang dibanggakan dan berguna bagi semua orang.
Melansir situs resmi Badan POM RI, Data Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2012, 2015, dan 2017 oleh Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa terdapat 32.013 ramuan obat tradisional dan 2.848 spesies tanaman bahan obat tradisional di Indonesia, termasuk jenis-jenis yang sudah tidak asing lagi seperti jahe, kunyit, beras kencur, dan meniran.
Sebagai sebuah warisan nusantara, tanaman obat yang begitu beragam telah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang dahulu sebagai bahan dasar pengobatan herbal maupun jamu.
Di masa pandemi ini, obat herbal dan jamu pun sangat diminati masyarakat karena manfaatnya dalam menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai pihak tidak kunjung henti mengembangkan potensi dari berbagai jenis tanaman obat asli Indonesia.
PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk yang telah 70 tahun berkiprah di industri obat dan jamu pun turut menunjukkan kontribusinya melalui pembangunan Research Center (Pusat Riset) dan Museum Jamu yang terletak di Kawasan Pabrik Sido Muncul, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Dorong lebih banyak inovasi obat herbal di Indonesia
Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-70 dan 8 tahun menjadi perusahaan publik pada Sabtu, 18 Desember 2021 lalu, Sido Muncul menggelar acara syukuran rencana pembangunan Research Center dan Museum Jamu tersebut.
Proses pembangunan Research Center yang ditujukan untuk meneliti dan menemukan ide-ide baru terkait obat-obat herbal ini menjadi sebuah bagian penting dalam momen perayaan 70 tahun Sido Muncul. Melalui penelitian serta penggagasan ide-ide baru, Sido Muncul bermaksud untuk meningkatkan kualitas dari berbagai produk obat herbalnya.
Menurut Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat, ide untuk membangun museum ini sudah direncanakan cukup lama, tepatnya sejak 10 tahun yang lalu. Ia pun mengatakan bahwa tujuan pembangunan kawasan yang memiliki luas sekitar 5 hektar ini tidak lain adalah untuk melestarikan budaya dan tradisi jamu, serta menjadi pusat informasi dan pembelajaran ilmiah, maupun sarana edukasi.
"Sebenarnya rencananya akan segera dimulai pembangunannya, akan tetapi karena desain yang berubah, kemudian ide-ide yang baru tumbuh, sehingga mundur terus, jadi belum bisa dimulai pencanangannya," ungkap Irwan di sela acara syukuran, Sabtu (18/12/2021).
Selain meneliti obat-obatan herbal baru, Sido Muncul pun berencana untuk mengembangkan tanaman rempah di Indonesia. Ide pengembangan tanaman rempah ini dilatarbelakangi oleh potensi tanaman rempah nusantara yang juga begitu besar.
"Zaman VOC di Indonesia banyak bangsa asing ke Indonesia hanya untuk mencari rempah. Apakah kualitas rempah Indonesia sangat baik, itu yang menjadi pertanyaan kami," ujar Irwan.
Irwan melanjutkan, "Kami membuat Research Center untuk meneliti rempah-rempah, supaya menyilangkan dan mencari benih yang lebih baik, sehingga rempah Indonesia akan unggul kualitasnya," tuturnya.
"Karena negeri ini kekayaan sumber daya hayatinya nomor dua di dunia, ada sebanyak 30.000 jenis tanaman. Tentu hal itu jadi tantangan bagi kami semua, bagaimana Sido Muncul bersama dengan para peneliti akan meneliti untuk menemukan herbal baru yang bisa memberikan dukungan untuk menuju Indonesia Sehat, Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang," jelas Irwan.
Hadirkan perjalanan sejarah melalui Museum jamu
Tidak hanya sampai di situ, HUT ke-70 ini turut dijadikan kesempatan bagi Sido Muncul untuk mengabadikan dan mengumpulkan sejarah awal mula perkembangan Jamu di Indonesia. Melalui pembangunan Museum Jamu, Sido Muncul akan menyuguhkan sejarah panjang dari perusahaan tersebut serta cerita perjalanan produk jamu tertua di Indonesia.
"Mungkin kalau yang sekarang paling lama diketahui adalah Jamu Jago. Tapi yang saya tahu, jamu yang paling lama adalah Jamu Nyonya Item, sejak 1825. Jadi 27 tahun sebelum sekolah kedokteran Jawa didirikan di Jawa Tengah. Nanti sejarah tentang jamu akan mengedukasi mereka yang datang ke museum ini," ucap Irwan.
Acara syukuran pembangunan Research Center dan Museum Jamu ini diselenggarakan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Syukuran ditandai dengan penekanan tombol sirene dan pembukaan selubung maket oleh jajaran direksi Sido Muncul.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diwakili oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng Muhammad Arif Sambodo, Bupati Semarang Ngesti Nugraha, serta Wali Kota Semarang yang diwakili oleh Asisten Pemerintah Bagian Perekonomian Widoyono hadir dalam acara ini.
Turut hadir Wali Kota Salatiga yang diwakili Wakil Wali Kota Salatiga Muhammad Haris, Kiai Haji Mustofa Bisri (Gusmus), Komisaris Utama Sido Muncul Jonatha Sofjan Hidajat, Komisaris Sido Muncul Johan Hidayat, Komisaris Sido Muncul Sigit Hartojo Hadi Santoso, Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat, Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan Sandra Linata Hidayat.
Pada kesempatan ini, Sido Muncul juga memberikan bantuan sosial dengan total nilai Rp500 juta. Bantuan diserahkan melalui Perwakilan Gubernur Jawa Tengah sebesar Rp200 juta, Wali Kota Semarang Rp100 juta, Bupati Semarang Rp100 juta, dan Wali Kota Salatiga Rp100 juta.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha atas nama Pemerintah Kabupaten Semarang mengucapkan selamat kepada PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul yang tahun ini merayakan ulang tahun yang ke 70. Bupati Ngesti turut mendoakan kesuksesan atas pembangunan Pusat Riset dan Museum Jamu. Menurutnya, keberadaan Pusat Riset dan Museum Jamu Sido Muncul ini nantinya juga akan menjadi sebuah bentuk wisata edukasi di Kabupaten Semarang.
"Kami mengucapkan banyak terima kasih dan mendukung dengan adanya destinasi wisata baru di Kabupaten Semarang, yang nantinya akan menjadi wisata edukasi, nantinya anak-anak kita dan masyarakat tahu kapan dunia jamu," katanya.
"Kita berharap dengan adanya kebutuhan rempah yang cukup banyak bisa dikerja samakan dengan masyarakat. Terkait dengan perizinan kami akan mendukung, jadi nanti sudah berproses dan sesuai dengan ketentuan yang ada," ucap Ngesti.
Terakhir, Irwan pun berharap pembangunan Pusat Riset dan Museum Jamu ini nantinya akan menarik makin banyak pengunjung.
"Harapan kami, dengan adanya pusat riset dan museum ini makin banyak pengunjung yang datang ke tempat kami. Sebelum pandemi, total pengunjung setiap bulannya yang kebanyakan mahasiswa adalah 8.000 pengunjung. Kami harap setelah ini bisa mencapai 40.000 pengunjung setiap bulannya," tutp Irwan.
Penulis: Anniza Kemala | Editor: Bardjan