Apa Itu Tim Mawar Kopassus? Soal Hilangnya Para Aktivis, hingga Eks Anggota Kini Jadi Pangdam Jaya
Mayor Jenderal Untung Budiharto ditunjuk oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sebagai Pangdam Jaya.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Mayor Jenderal Untung Budiharto ditunjuk oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sebagai Pangdam Jaya.
Seperti diketahui Mayor Jenderal Untung Budiharto ditempatkan untuk menggantikan Mayjen Mulyo Aji.
Diberitakan Tribunnews.com, pengangkatan Mayjen Untung Budiharto menjadi Panglima Kodam Jaya itu diputuskan Andika melalui Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/5/1/2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI.
Seiring dengan kabar tersebut, sepak terjang sang Pangdam Jaya baru pun disorot.
Termasuk dirinya yang merupakan mantan anggota Tim Mawar.
Tim Mawar merupakan sebuah tim yang terbentuk dari kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup IV TNI AD.
Selain Mayor Jenderal Untung Budiharto, ada beberapa anggota TNI lainnya yang bergabung.
Tim yang dibentuk oleh Mayor Bambang Kristiono pada Juli 1997 rupanya disebut-sebut dalang dalam operasi penculikan para aktivis politik pro-demokrasi.
Diambil dari Wikipedia, Kasus penculikan ini menyeret belasan anggota tim mawar ke pengadilan Mahmilti II pada bulan April 1999.
Beberapa anggota pun ada yang disanksi penjara hingga dipecat.
Terdapat enam prajurit yang dipecat namun mengajukan banding, sehingga sanksi pemecatan belum bisa dikenakan atas mereka.
Sementara itu mereka tetap meniti karier di TNI dan meduduki beberapa posisi penting.
Eks Tim Mawar adalah:
Baca juga: VIRAL Video Sepasang Pengantin Gelar Akad Nikah di Dalam Bak Truk, Ini Sosoknya
- Mayjen (Purn) Chairawan Kadarsyah Kadirrussalam Nusyirwan eks Komandan Tim Mawar
- Bambang Kristiono eks Komandan Tim Mawar
- Mayor Jenderal Untung Budiharto
- Kapten Inf. Fausani Syahrial Multhazar
- Brigjen TNI Nugroho Sulistyo Budi
- Brigjen Yulius Selvanus
- Brigjen Dadang Hendra Yudha
- Mayor Jenderal Djaka Budi Utama
- Kapten Inf. Fauka Noor
- Serka Sunaryo
- Serka Sigit Sugianto
- Sertu Sukadi
Dikutip dari Kompas.com, Tim Mawar terbentuk lantaran peristiwa saat itu para preman didukung tentara merampas kantor dan menyerang simpatisan yang mendukung Megawati di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Kejadian ini kemudian membuat Prabowo Subianto saat itu dirinya berpangkat Mayor Jenderal dan menjabat Danjen Kopassus menugaskan secara khusus kepada Mayor Bambang Kristiono, Komandan Batalyon 42.
Ia diminta untuk menjabat sebagai Komandan Satgas Merpati.
Baca juga: Bahlil Ungkap Alasan Cabut Izin Usaha Pertambangan
Tugas tim ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kegiatan-kegiatan radikal.
Mayor Bambang kemudian memanggil Kapten Fauzani Syahril Multhazar, Kapten Nugroho Sulistyo Budi, Kapten Yulius Selvanus, dan Kapten Dadang Hendra Yudha untuk menganalisis informasi tersebut dengan membentuk tim khusus.
Terdapat tiga tim yang dibentuk, yaitu Tim Mawar, Tim Garda Muda, dan Tim Pendukung.
Tim Mawar bertugas untuk mendeteksi kelompok radikal, pelaku aksi kerusuhan, dan teror.
Pada 18 Januari 1998, terjadi ledakan di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Kejadian ini membuat Tim Mawar semakin menginsentifkan kinerja mereka.
Tim Mawar menyusun rencana untuk menangkap sejumlah aktivis yang dicurigai terlibat dalam insiden ledakan bom tersebut.
Penculikan hingga aktivis yang hilang
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali.
Para aktivis ada yang dilepaskan setelah diculik, namun ada juga yang masih hingga saat ini, termasuk Wiji Thukul.
Baca juga: Mulai 12 Januari, Masyarakat Diminta Manfaatkan Vaksinasi Booster Hingga Vaksin Covid-19 Cukup
Sembilan aktivis yang dilepaskan adalah Desmond Junaidi Mahesa, Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto, Andi Arief.
Dan terdapat 13 aktivis yang masih hilang dan belum kembali, mereka adalah Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Mundandar Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, Abdun Nasser.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Daryono) (Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino/Achmad Nasrudin Yahya)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.