Covid-19 Indonesia Tembus 1.000 Kasus, Menkes Minta Masyarakat Tak Panik, Ini Penjelasannya
Menkes minta masyarakat tak panik hadapi Omicron, meski jumlah kasus meningkat tajam, angka kesembuhan juga turut naik.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Tiara Shelavie
Hal serupa juga terjadi di beberapa negara yang sudah mengalami puncak dari kasus Omicron.
Meskipun puncak kasus tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, tapi banyak pula angka kesembuhan yang dicatat.
Waktunya Omicron dari mulai teridentifikasi hingga akhirnya mengalami puncak berkisar antara 35 sampai 65 hari.
Di negara-negara tersebut, hospitalisasinya antara 30% sampai 40% dari hospitalisasi Delta.
"Jadi walaupun kenaikannya lebih cepat dan tinggi jumlah kasusnya akan lebih banyak dan naiknya cepat, tapi hospitalisasi rendah."
"Jadi tergantung kita melihatnya dari mana, Indonesia pertama kali kita teridentifikasi adalah pertengahan Desember, tapi kasus kita mulainya di awal Januari."
Baca juga: Kemenkes: Lebih dari 1,4 Juta Warga Indonesia Telah Mendapatkan Suntikan Vaksin Booster Covid-19
"Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat," sambung Menkes.
Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tidak perlu panik.
"Kalau ada kenaikan jumlah kasus yang cepat dan banyak tidak usah panik."
"Kita (pemerintah) akan terus pantau dan monitor ketat hospitalisasinya," kata Menkes.
Untuk diketahui, sebagian besar transmisi lokal itu terjadi di DKI Jakarta
"Jadi kita memang harus mempersiapkan khusus DKI Jakarta sebagai medan perang pertama menghadapi Omicron."
"Beberapa hal yang tadi menjadi arahan bapak Presiden (walaupun kemungkinan melonjaknya kasus) ada, kita tidak usah panik tapi kita tetap harus hati hati an waspada," pinta Menkes.
Menkes juga meminta masyarakat untuk meningkatkan prokes, khususnya di Jakarta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.