Berkah dari Sedekah Minyak Jelantah: Lingkungan Sehat, Pahala Dapat
Mak Lili bercerita saluran air di depan rumahnya dulu kala sering mampet karena warga banyak yang membuang minyak bekas menggoreng.
Editor: Malvyandie Haryadi
"Bulan lalu 8 jeriken, bulan kemarin 5 jerikan, cuma kemarin saja turun karena harga minyak goreng mahal. Biasanya mah rata-rata 8 jeriken. Mudah-mudahan tahun datang tambah lagi," kata dia.
Warga asli Keduang Kali Angke tersebut juga sempat mendeskripsikan kondisi minyak jelantah yang diambilnya dari rumah warga. Kata dia kondisinya bermacam-macam, ada pernah ditemukan minyak jelantah sudah berwarna hitam pekat.
"Ada juga minyak jelantah dari bekas goreng makanan haram(daging babi). Itu baunya minta ampun. Tapi itu masih tetap diterima," katanya.
Ketua Dasa Wisma dan PKK Kelurahan Kedaung Kali Angke, Aria Mega menuturkan dari 10 RW di Kelurahan Kedaung Kali Angke ada 8 RW yang aktif mengumpulkan minyak jelantah. Kegiatan pengumpulan minyak jelantah tersebut sudah dilakukan sejak September 2021.
Teknis pengumpulannya dengan mendatangi langsung rumah ke rumah dengan terlebih dahulu dikumpulkan masing-masing koordinator PKK RW di kelurahan untuk sosialisasi.
Cara mengumpulkannya pertemuan warga diadakan dulu di kelurahan kemudian sosialisasi ke warga apa manfaat mijel(minyak jelantah) dan dampaknya dari minyak jelantah.
"Terus kita mengimbau ke warga dan yang menjalankan itu semua kader Dasa Wisma dan kader jumantik mengumpulkan dari warga-warga mereka juga sosialisasi ke warga sambil ambil mijel dampak dan keuntungannya dari uang mijel itu dari warga dikumpulkan kader jumantik dan kader Dasa Wisma lalu dikumpulkan di Pos RW nah disitu dari pihak kelurahan dan PPSU mengambil ke masing-masing RW hasil pengumpulan mereka. Dari warga di pool ke RW lalu dari pihak kelurahan menjemput dan nanti dari pihak mijel ambil ke kelurahan," ujar Aria.
Sejak September 2021 lanjut Aria di Kelurahan Kedaung Kali Angke sudah berhasil dikumpulkan sebanyak 78 jerigen minyak jelantah.
Satu jerigen minyak jelantah berkapasitas 18 liter. "Kalau tidak salah hampir 78(jeriken) lebih. Pertama 33, kedua 28.
Bulan kemarin kalau enggak salah 17 jeriken," ujar Aria.
Jumlah minyak jelantah yang dikumpulkan sempat tersendat sejak harga minyak goreng yang melambung di pasaran.
Menurut Aria, warga mulai mengirit penggunaan minyak goreng. Banyak warga memilih menggunakan minyak goreng berkali-kali.
"Ya mungkin karena faktor minyak gorengnya lagi mahal, mungkin warga lagi irit-irit. Tapi alhamdulillah masih tetap bisa terkumpul 17 jeriken(bulan kemarin)," kata Aria.
Hasil dari pengumpulan minyak jelantah tersebut lanjut Aria sangat dirasakan warga dampak baiknya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.