BOR di Jakarta 45 Persen, Anggota DPR Minta Kesiapan Sistem Isolasi Mandiri dari Hulu ke Hilir
Kurniasih Mufidayati menyoroti angka keterisian rumah sakit Bed Occupancy Rate (BOR) Covid-19 di Jakarta yang menyentuh angka 45 persen.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati menyoroti angka keterisian rumah sakit Bed Occupancy Rate (BOR) Covid-19 di Jakarta yang menyentuh angka 45 persen.
Data Dinkes DKI Jakarta, 48 persen yang dirawat adalah pasien tanpa gejala dan gejala ringan.
Mufida mengatakan isolasi mandiri bisa dilakukan bagi pasien konfirmasi positif dengan gejala ringan dan tanpa gejala dengan catatan semua sistem isolasi mandiri siap dari hulu ke hilir.
Baca juga: PERSI: BOR Isolasi Rumah Sakit Covid-19 Secara Nasional Tersedia Banyak
Ia menyebut, pemerintah sudah memiliki pengalaman saat lonjakan tinggi kasus Delta dengan banyaknya masyarakat yang Isoman di rumah karena tidak mendapat tempat perawatan. Harusnya saat ini bisa lebih baik dalam mengatasi pasien Isoman.
"Isoman bisa dilakukan dengan syarat pemerintah tetap memenuhi hak kesehatan masyarakat. Jadi dijamin tidak dilepaskan begitu saja," kata Mufida dalam keterangannya, Minggu (30/1/2022).
Baca juga: 70 Ribu Bed Isolasi Disiapkan, Ini Kriteria Pasien Covid-19 yang Bisa Dirawat di Rumah Sakit
Mufida meminta protokol isolasi mandiri mulai dijalankan dengan layanan telemedicine yang bagus. Sosialisasi perlu digencarkan bagaimana memanfaatkan telemedicine bagi kasus Isoman Covid-19 yang resmi oleh pemerintah.
"Masih banyak yang belum tahu alur telemedicine yang resmi oleh pemerintah agar terpusat dan tidak salah konsultasi atau bahkan lebih parah bisa dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan situasi darurat masyarakat," ujar dia.
Dia juga meminta jaminan pasien Isoman mendapatkan obat yang sesuai dan alur pengiriman yang cepat. Alur distribusi obat sampai ke pasien isoman sudah harus dipersiapkan sejak dini apalagi jika harus menjangkau wilayah-wilayah yang sulit.
"Pastikan ada monitoring harian bisa memaksimalkan tenaga kesehatan dan Medis di semua tempat dan lini daerah dibawah koordinasi Puskesmas setempat sehingga ada pemantauan kondisi pasien isoman secara intensif. Lewat pemantauan rutin ini perlu dipersiapkan juga jaminan tindakan cepat dan segera rujuk ke RS jika kondisi menjadi berat," ucapnya.
Baca juga: PKS Berharap Kepala Otorita Ibu Kota Negera Baru Tak Miliki Beban Masa Lalu
Mufida meminta kesiapan layanan pendampingan pasien isoman ini sudah diujicobakan dan sudah siap benar guna menghadapi angka konfirmasi yang terus meningkat ini.
"Saya berharap sudah selesai ujicoba dengan berbagai skema, sekarang tinggal bersiap diri untuk implementasi. Catatan besarnya sistem ini harus siap diimplementasikan di seluruh Indonesia," katanya.
"Belum meratanya fasilitas kesehatan harus diakui jadi problem tersendiri tapi seharusnya ada alternatif solusi bagi wilayah-wilayah yang punya karakteristik dan tantangan dalam implementasi telemedicine dan pendampingan pasien isoman," tandasnya.