NeoCoV Hanya Ditemukan pada Kelelawar, Infeksi pada Manusia Dapat Terjadi Bila Ada Mutasi
NeoCoV hanya ditemukan pada kelelawar, infeksi pada manusia dapat terjadi jika NeoCov alami mutasi. NeoCoV ditemukan pada kelelawar 2014 lalu.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pengguna internet beberapa hari ini dihebohkan oleh penelitian di Wuhan tentang adanya varian virus corona bernama 'NeoCoV'.
Laporan tersebut juga menyebutkan NeoCov telah membunuh satu dari tiga orang.
Quint FIT telah menyanggah kesalahan informasi yang beredar di media sosial, yaitu NeoCoV bukan virus 'baru' dan juga bukan varian dari Covid-19.
Selain itu, sejauh ini belum ada kasus NeoCoV yang dikonfirmasi pada manusia, karena NeoCov hanya ditemukan pada kelelawar.
Dikutip dari The Quint, FIT melakukan penelitian yang menjadi dasar laporan ini dan tidak menemukan bukti klaim tersebut.
Sebelumnya, istilah NeoCov menduduki pencarian teratas di laman internet India, dikutip dari India Today.
Pengguna internet yang membaca nama tersebut menjadi khawatir akan adanya gelombang ketiga yang diinduksi dari varian Omicron.
Studi tentang NeoCoV ini belum ditinjau oleh rekan sejawat yang dirilis oleh sekelompok ilmuwan China, beberapa di antaranya berasal dari Universitas Wuhan. Cov, China, Wuhan.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Paling Rendah Dibandingkan 5 Negara Lain di Asia
Mengapa diberi nama NeoCov?
NeoCoV adalah istilah yang digunakan secara longgar untuk merujuk pada varian virus yang terkait dengan MERS-CoV.
MERS-CoV milik keluarga coronavirus yang lebih besar dan merupakan bagian dari tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia.
MERS-CoV menyebabkan wabah besar di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan selama tahun 2010-an.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 35 persen dari pasien yang dilaporkan dengan infeksi MERS-CoV telah meninggal.
NeoCoV adalah kemungkinan varian dari virus corona khusus ini.