BOR Covid-19 Masih Tergolong Rendah, Menkes Sebut Isinya Didominasi OTG atau Bergejala Ringan
Angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit karena Covid-19 masih tergolong rendah.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit karena Covid-19 masih tergolong rendah.
Dengan kata lain, BOR rumah sakit masyarakat Indonesia karena kasus Covid-19 masih terkendali.
Hal tersebut diungkap oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Evaluasi PPKM yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/2/2022).
"Terkait keterisian rumah sakit saat ini adalah sebanyak 18.966.000 pasien."
"(Sementara) kapasitas total rumah sakit kita sebanyak 400 ribu (tempat tidur), yang disiapkan untuk Covid-19 adalah sebanyak 120 ribu."
"Jadi 120 ribu terisi per kemarin 18.966.000 pasien," jelas Menkes Budi.
Baca juga: Covid Melonjak, Pawai Ogoh-Ogoh Terancam Ditunda
Baca juga: DKI Jakarta, Banten, Bali Miliki Kasus Covid-19 Melebihi Puncak Gelombang Delta
Untuk diketahui, dari 18.966.000 pasien yang masuk rumah sakit itu, 15.292.000 pasien positif dinyatakan Covid-19.
Sementara sisanya, hasil tes belum dinyatakan positif, atau masih probable.
"Dari 15.292.000 itu, 10 ribu diantaranya adalah pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) dan ringan."
"Jadi kedepannya kalau kita lebih efisien, dengan cara (bagi yang) OTG dan ringan itu, bisa isoman."
"(Dari hasil pencatatan ini menunjukkan) sebenernya (BOR) rumah sakit kita masih sangat rendah," terang Menkes Budi.
Untuk itu, Menkes Budi mengimbau masyarakat untuk tidak panik mengahadapi lonjakan kasus Covid-19.
Baca juga: Luhut: Dari 356 Pasien Meninggal, 69 Persen adalah Orang yang Belum Divaksin Covid-19 Lengkap
Kendati demikian, pihaknya meminta masyarakat untuk lebih waspada dan melakukan upaya pencegahan penularannya.
"Hal yang ingin saya sampaikan adalah tidak usah panik kalau jumlah kasusnya naik tinggi."
"Karena memang yang paling penting adalah yang masuk ke rumah sakit dan yang wafat (jumlahnya) jauh lebih rendah dan masih bisa terkendali.
"Jadi penting sekali publik memahami memang jumlah kasus akan naik tinggi."
"(Seperti) di negara-negara lain yang bahkan (jumlahnya) mungkin bisa dua kali lipat dari Delta."
Baca juga: Gejala Omicron dan 5 Derajat Gejala Covid-19 Menurut Kemenkes, Ini Langkah Pencegahannya
Baca juga: Kasus Covid Melonjak di Denpasar, Fasilitas Publik Ditutup, Keterisian Bed RS Hampir 40 Persen
"Yang penting kita bisa menjalankan terus protokol kesehatan agar yang masuk rumah sakit dan yang wafat itu di bawah rata-rata."
"Yang paling penting bagi provinsi yang jumlahnya lagi naik, ya kita perketat, jalankan protokol kesehatan, memakai master dan membatasi mobilitas untuk sementara, yakni 2 sampai 3 minggu ke depan," imbau Menkes Budi.
Terkait jumlah kematiannya, Menkes Budi menyebut per tanggal 21 Januari 2022, sebanyak 356 meninggal dunia karena Covid-19.
Dari jumlah orang meninggal itu, kata Menkes, 69 persen belum vaksin lengkap atau belum vaksin sama sekali.
"Jadi penting sekali masyarakat terutama lansia itu harus segera divaksin."
"Karena (dengan vaksin) ini bisa melindungi mereka (dari resiko fatality akibat Covid-19)," pungkas Menkes Budi.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)
Baca berita lain terkait Penanganan Covid-19
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.