Pengamat Cermati Fenomena Elektabilitas Moeldoko yang Mulai Menanjak Masuk 10 Besar
Baru-baru ini, nama Moeldoko berada dalam deretan 10 besar elektabilitas calon Presiden Republik Indonesia di 2024 mendatang.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik Saiful Huda Ems memiliki penilaian tersendiri terhadap Moeldoko, mantan Panglima TNI, yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP).
Baru-baru ini, nama Moeldoko berada dalam deretan 10 besar elektabilitas calon Presiden Republik Indonesia di 2024 mendatang.
Menanggapi hal tersebut, Saiful menilai jenderal purnawirawan asal Kediri tersebut bagai bintang terang yang muncul di kegelapan malam.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil survey lembaga riset Political Weather Station (PWS), ada sejumlah nama yang berpeluang menang jika Pilpres dilakukan saat ini.
Baca juga: Tukang Ojek Jabodetabek Deklarasikan Erick Thohir Jadi Capres 2024
Nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo ada di tiga besar.
Disusul Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Ahok, hingga Moeldoko dan Gatot Nurmantyo.
“Tingkat popularitasnya Moeldoko sebanding dengan elektabilitasnya, suatu hal yang nyaris tak bisa disamai oleh tokoh-tokoh politisi populer lainnya, yang popularitasnya tinggi namun tak sebanding dengan elektabilitasnya. Bahkan Prabowo yang pernah mencalonkan Presiden dan wakil Presiden berkali-kalipun elektabilitasnya terlihat selalu stagnan, bahkan malahan berkurang dari sisi prosentasenya, pun demikian halnya dengan Anies Baswedan.” Ujar Huda yang juga aktif sebagai Lawyer di Jakarta, akhir pekan lalu (6/2/2022).
Menurut Huda, ini terjadi pada Moeldoko karena dianggap oleh banyak kalangan sebagai politisi dan Jenderal Santri yang sangat ramah, dekat dengan semua kalangan, serta sangat memahami karakter bangsa Indonesia yang religius dalam kebhinekaannya.
“Moeldoko memiliki pertemanan luas dengan berbagai tokoh dan dengan berbagai profesi, suku, ras dan agamanya,” tambahanya.
Huda menilai Moeldoko bukan hanya dekat dengan kalangan politisi dan pengusaha serta para pemuka agama, melainkan juga dekat dengan para petani, aktivis pergerakan lintas organisasi.
“Itulah mengapa Moeldoko bukan hanya sering didaulat menjadi Ketua atau penasehat organisasi-organisasi yang berlatar belakang pebisnis, serta purnawirawan militer, melainkan pula organisasi-organisasi relawan politik dan sosial serta keagamaan,” tegas Huda.
Huda juga mengaprasiasi Moeldoko yang telah mengerahkan relawan-relawan pendukungnya untuk melakukan aksi-aksi bakti sosial, mulai dari mendatangi dan memberikan bantuan pada masyarakat yang terdampak Covid-19.
“Keuletan Dr. Moeldoko yang mensuper visi banyak organisasi itulah, yang menjadikannya kemudian populer dan didukung oleh banyak pihak."
“Moeldoko memang pantas untuk dikenal dan didukung oleh masyarakat, olehnya tak perlu heran kenapa elektabilitasnya mulai meroket dan menembus di jajaran 10 besar elektabilitas calon presiden RI,” pungkasnya.
Survei PWS: Erick Thohir dan Moeldoko Tembus 10 Besar
Lembaga survei Political Weather Station (PWS) baru-baru ini merilis temuan terbaru.
Ketika kepada responden ditanyakan, jika hari ini dilaksanakan pemilihan presiden siapakah yang akan dipilih, maka nama Prabowo Subianto masih paling banyak dipilih.
"Sebanyak 22,9 persen publik mengaku akan memilih Prabowo Subianto, disusul oleh Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang bersaing ketat," kata Direktur Riset PWS Mohammad Tidzi AM, dalam konferensi pers daring, Jumat (4/2/2022).
Namun, temuan menarik dari survei PWS kali ini adalah munculnya nama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Menteri BUMN Erick Thohir dalam deretan 10 besar elektabilitas capres.
"Seperti diketahui nama Moeldoko dan Erick Thohir termasuk pendatang baru dalam kontestasi elektabilitas. Namun ternyata keduanya mampu mengungguli elektabilitas tokoh-tokoh nasional yang sudah lama namanya muncul dalam publikasi survei seperti Puan Maharani, Airlangga Hartarto, Mahfud MD, dan Muhaimin Iskandar," ujarnya.
"Ini suatu indikasi bahwa kedua tokoh tersebut sebenarnya juga memiliki potensi elektabilitas di samping nama-nama konvensional yang sudah lama menghiasi papan survei," pungkasnya.
Untuk diketahui, survei tersebut dilakukan pada 13 hingga 23 Januari 2022 di 34 provinsi di Indonesia.
Jumlah sampel sebesar 1421 responden, dengan menggunakan teknik pencupilkan multistage random sampling.
Adapun margin of error sebesar kurang lebih 2,6 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan pedoman kuesioner melalui aplikasi google form.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.